TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia kembali memutuskan untuk menurunkan giro wajib minimum (GWM) Primer sebesar 1 persen dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen yang akan efektif mulai 16 Maret 2016. “Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah sehingga mampu menopang ekonomi ke depan,” kata Agus di kantornya, Kamis, 18 Februari 2016.
Menurut Agus, penurunan GWM Primer mampu menambah dana ekstra likuiditas sebesar Rp 34 triliun. Dampaknya bagi perbankan, akan menjadi peluang yang efektif untuk menyalurkan dana kepada nasabah. Meski akhir tahun 2015 likuiditas perbankan cenderung ketat, saat ini kondisi likuiditas menjadi longgar sehingga mampu mendukung kegiatan pembiayaan perbankan.
Agus juga mengapresiasi langkah pemerintah mempercepat realisasi anggaran dengan meningkatkan belanja infrastruktur. Langkah itu bisa mendorong pertumbuhan kredit lebih optimal. Hingga saat ini perrumbuhan kredit tercatat 10,5 persen year on year. Angka itu meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,8 persen year on year.
Selain itu Agus menyebutkan peningkatan pertumbuhan kredit lebih tinggi dari pertumbuhan dana pihak ketiga. Pada akhir Desember 2015 tercatat pertumbuhan dana pihak ketiga hanya 7,3 persen year on year, lebih rendah dari bulan sebelumnya 7,7 persen year on year.
Kebijakan penurunan suku bunga BI menjadi 7 persen dan GWM Primer menjadi 6,5 persen akan berdampak positif bagi Indonesia. Agus menilai aliran dana masuk ke Indonesia akan semakin meningkat tidak hanya dari Surat Berharga Negara (SBN), tetapi juga melalui pasar modal. Sejauh ini dana masuk baik dari SBN, obligasi korporasi, dan saham senilai Rp 33 triliun year to date. “Semuanya biru.”
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan kredit dengan kebijakan penurunan suku bunga BI bisa mencapai 12 persen hingga akhir tahun 2016. Bahkan jika ditambah dengan penurunan GWM Primer, pertumbuhan kredit bisa mencapai 14 persen di akhir 2016 mendatang.
DANANG FIRMANTO