TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian mendukung perusahaan Indonesia, yang bergerak di bidang perawatan dan perbaikan pesawat (maintenance, repair, and overhaul/MRO), untuk mengembangkan sayap bisnis. Ekspansi dinilai dapat memberikan banyak manfaat.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan ekspansi merupakan langkah yang cerdas dan strategis. "Selain menguntungkan bagi perusahaan terkait, ekspansi juga menciptakan pasar bagi komponen pesawat Indonesia untuk masuk memasok kebutuhan suku cadang," katanya saat mengunjungi Singapore Airshow 2016 di kawasan Bandara Internasional Changi, Singapura, Rabu, 17 Februari 2016.
Keuntungan lain dari ekspansi adalah membuka lapangan pekerjaan serta transfer pengetahuan dan teknologi. Menurut Saleh, momentum ekspansi industri MRO saat ini sangat tepat. Bisnis jasa transportasi udara terus meningkat, baik penerbangan domestik maupun asing. Sumber daya manusia di Indonesia pun dianggap mumpuni memenuhi kebutuhan perawatan pesawat.
Saleh berujar, sudah ada beberapa perusahaan yang siap ekspansi. Salah satunya GMF AeroAsia, anak usaha Garuda Indonesia dan Lion Group. “GMF akan bekerja sama dengan PT Bintan Aviation Investment untuk mengembangkan Industri MRO di Bintan,” katanya. Bintan dipilih karena lokasinya dekat dengan Singapura, daerah yang dianggap sebagai sumbu lalu lintas udara. “Pasarnya ada di situ,” kata Saleh.
Saleh mengatakan pemerintah akan membantu mendorong pengembangan industri MRO dan komponen melalui insentif fiskal dan nonfiskal. Ia berharap, rangsangan tersebut dapat memacu investasi dan mempercepat realisasi pembangunan fasilitas perawatan pesawat.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan industri MRO didorong untuk mendukung transportasi di Indonesia, mengingat wilayah Indonesia luas. "Langkah GMF dan perusahaan lain, termasuk produsen komponen, membuat kami semakin percaya diri bahwa kami mampu memenuhi kebutuhan industri transportasi udara," ujarnya.
Putu mengatakan pasar bisnis perawatan pesawat di Indonesia terhitung sangat besar. Sebab, sekitar 60 persen pesawat komersial yang beroperasi di Indonesia melakukan perawatan di luar negeri. Selain itu, industri perawatan pesawat merupakan industri padat modal dan karya yang membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan khusus.
VINDRY FLORENTIN