TEMPO.CO, Jakarta - Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land Ishak Chandra mengatakan pertumbuhan properti pada 2016 tidak akan banyak mengalami perubahan. "Tidak akan lebih jelek, tidak akan lebih bagus, karena bunga bank juga masih tinggi," ujar Ishak di Hotel Premier Santika, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2016.
Menurut dia, pergerakan properti tidak hanya disebabkan oleh faktor pelambatan ekonomi. Pemberlakuan pengampunan pajak (tax amnesty) akan berpotensi meningkatkan sektor properti pada 2016.
Ishak berujar pemerintah juga berusaha meningkatkan perkembangan sektor properti dengan sparing ownership. Usaha tersebut berdampak positif untuk menyelesaikan masalah kepemilikan asing. "Kepemilikan asing itu jangan banyak batasannya. Kalau banyak batasannya, enggak banyak impact-nya."
Ia mencontohkan saat ini kepemilikan asing terbatas untuk mereka yang bekerja di Indonesia (ekspatriat). Padahal, banyak orang asing yang ingin berinvestasi properti ketika memasuki masa pensiun (retired). "Misal, orang Jepang yang mau retired di sini, dia tidak bekerja, tapi dia mau tinggal di sini," ujarnya.
Baca: Mitsubishi Bantah Melakukan PHK, Said Bilang 200 Orang DiPHK
Ishak merasa yakin prospek bisnis properti tidak akan pernah surut. Properti adalah kebutuhan primer yang sekaligus bisa dijadikan investasi. Masalahnya, kebanyakan orang menahan dana miliknya. "Uang ada, tapi menahan atau dipecah."
Ia menyarankan agar ada pemberian kemudahan kepemilikan. "Sebagai developer harus bisa melihat apa yang diinginkan masyarakat," Ishak berujar.
Bank Indonesia, berdasarkan surveinya, mengungkapkan harga properti residensial meneruskan tren pelambatan sejak awal 2015. Di kuartal IV/2015 indeks harga properti residensial hanya tumbuh 0,73 persen, lebih lambat dibandingkan kuartal III-2015 yang tumbuh 0,99 persen.
“Kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga rumah,” tulis hasil survei BI yang dikutip dari laman resmi Bank Sentral, kemarin.
ARKHELAUS W