TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan harga gas Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi industri dalam negeri. "Harga gas di Indonesia US$ 9 per MMBTU," kata Haris di Jakarta, Selasa, 16 Februari 2016.
Padahal negara ASEAN lain harganya jauh di bawah itu. Di bawah Indonesia, Vietnam harga gas nya mencapai US$ 7,5 per MMBTU. Sementara negara ASEAN lainnya yakni Filipina, Singapura, dan Malaysia harga gasnya di bawah US$ 6 per MMBTU.
Harga gas di Filipina hanya US$ 5,43 per MMBTU. Untuk Singapura harga gas berkisar antara US$ 4 per MMBTU hingga US$ 5 per MMBTU. Sementara harga gas di Malaysia harga gasnya US$ 4,47 per MMBTU.
Baca: Sidang KPPU, Dua Perusahaan Bantah Monopoli Impor Sapi
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Harjanto mengatakan sektor gas dapat memberikan multiplier jika harga diturunkan. "Penurunan harga gas bumi akan menurunkan penerimaan pemerintah, namun akan meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari PPN, PPh Pribadi, PPh Badan, dan Bea Masuk Impor," ujarnya.
Harjanto menyebutkan kebijakan penurunan harga gas dapat menurunkan biaya produksi, harga output turun, dan permintaan naik. Dampak penurunan harga gas dapat menyebabkan omset penjualan gas turun sehingga penerimaan pemerintah dari bagi hasil penjualan gas turun.
Namun, ucap Harjanto, meski penerimaan negara dari penjualan gas turun, perlu diperhitungkan dampak multipliernya. Penurunan harga gas, dapat memberikan dampak multiplier seperti output naik, PDB naik yang mengakibatkan PPN naik, profit naik yang mengakibatkan PPh badan naik, upah tenaga kerja naik yang dapat menyebabkan PPh pribadi naik, dan jumlah tenaga kerja naik.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI