TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara memastikan rencana penyatuan bank milik negara syariah batal. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menyebutkan Kementerian lebih memilih opsi mencari mitra strategis. “Ini menindaklanjuti kunjungan Presiden Joko Widodo ke Timur Tengah beberapa hari lalu,” katanya, Selasa, 16 Februari 2016.
Gatot mengatakan banyak investor dari Arab Saudi dan Qatar yang tertarik menjadi mitra strategis bank syariah. Ketertarikan ini pun sudah dibahas dengan Otoritas Jasa Keuangan.
Menurut Gatot, calon-calon investor tersebut mempunyai keunggulan dalam mengelola bank syariah. “Mereka punya pengetahuan lebih baik, kenapa tidak kita coba? Mereka akan membawa ekuitas, teknologi, dan pengetahuan.”
Nantinya, kata Gatot, kerja sama antara bank syariah dan investor asing akan berbentuk joint venture. PT Bank Negara Indonesia (Pesero) Tbk tengah mencari investor untuk mendorong modal kerja anak perusahaannya, BNI Syariah. Perusahaan pelat merah tersebut menargetkan bakal mendapatkan investor pada tahun ini. Baca: Kejar Target Turis Asing, Bali Jadi Pintu Masuk Utama
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan BNI Syariah hanya akan melepas saham 20 persen. Pihaknya pun sudah melakukan penjajakan dengan beberapa calon investor. “Kami cari investor yang tepat dengan angka segitu,” kata mantan Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia itu.
Investor yang sudah dijajaki BNI berasal dari negara-negara di Timur Tengah. Namun, sampai saat ini, kata Baiquni, belum ada nilai yang dikeluarkan untuk pelepasan saham tersebut. “Kami harus tambah penyertaan karena mereka tumbuh dan berkembang,” tuturnya.
Namun, Baiquni meneruskan, BNI Syariah tidak menutup kemungkinan melepas di atas 20 persen. Yang terpenting, anak perusahaannya tersebut memegang saham mayoritas. “Tergantung pembicaraan nanti,” ucapnya.
SINGGIH SOARES