TEMPO.CO, Pekanbaru - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Kampar, Riau, akibat meluapnya Sungai Kampar membuat petani keramba merugi hingga Rp 6,9 miliar. "Ratusan keramba milik warga di sepanjang aliran Sungai Kampar hanyut akibat derasnya arus sungai," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Tien Mastina, kepada Tempo, Senin, 15 Februari 2016.
Tien menyebutkan, sebanyak 283 unit keramba dan 83 unit kolam ikan milik warga di 9 kecamatan pecah dan hanyut terbawa arus sungai. Akibatnya, warga merugi hingga Rp 6,9 miliar. "Keramba ikut hanyut bersama banjir lantaran tingginya curah hujan, ditambah dibukanya pintu air waduk PLTA Koto Panjang," ujarnya.
Tien menyebutkan Kampar merupakan salah satu pusat penghasil ikan keramba terbesar di Riau. Target produksi ikan Riau di tahun 2016 sebanyak 178.700 ton, sedangkan produksi ikan Riau tahun sebelumnya 89.096 ton. Namun rusaknya ratusan keramba warga akibat banjir ini dikhawatirkan dapat menurunkan target produksi ikan Riau tahun 2016.
"Otomatis berpengaruh terhadap produksi," katanya. Tien menjelaskan pemerintah Kampar telah mengajukan biaya ganti rugi sebesar jumlah kerugian akibat banjir tersebut kepada pemerintah Riau.
Sayangnya, kata Tien, pemerintah Riau melalui Dinas Perikanan dan Kelautan tidak bisa lagi menganggarkan kegiatan keramba untuk ganti rugi sebesar Rp 6,9 miliar dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 yang sudah berjalan. "Tidak ada lagi penganggaran untuk itu karena APBD telah berjalan," ujarnya.
Namun, Tien melanjutkan, pihaknya akan berupaya mengajukan ke Kementerian Perikanan dan Kelautan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 melalui program budi daya ikan untuk menutupi kerugian petani keramba Kampar tersebut.
"Kami masih punya peluang memperoleh anggaran APBN-P. Kami akan ajukan sesuai dengan nilai kerugian warga melalui program budi daya ikan di Dirjen Budi Daya. Ada peluang bantuan benih, sarana, dan pakan ikan," Tien menuturkan.
RIYAN NOFITRA