TEMPO.CO, Jakarta - Survei Bank Indonesia menunjukkan harga dan volume penjualan properti residensial masih menunjukkan perlambatan sepajang kuartal IV-2015. Kalangan pengembang menilai perlambatan ini masih akan berlanjut sepanjang semester I/2016.
Bank Indonesia mengungkapkan harga properti residensial meneruskan tren perlambatan sejak awal 2015. Di kuartal IV/2015 indeks harga properti residensial hanya tumbuh 0,73 persen, lebih lambat dibandingkan kuartal III-2015 yang tumbuh 0,99 persen.
“Kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja masih menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga rumah,” tulis hasil survei BI yang dikutip dari laman resmi Bank Sentral, Senin, 15 Februari 2016.
Kenaikan harga terendah terjadi pada rumah tipe besar yang hanya tumbuh 0,38 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Sedang rumah tipe kecil tumbuh tertinggi 1,04 persen. Wilayah dengan pertumbuhan terendah adalah Pontianak sebesar 0,21 persen dan Medan tertinggi dengan 3,21 persen.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan harga properti residensial 2015 pun terpantau paling lambat. Pertumbuhan secara tahunan tercatat hanya sebesar 4,62 persen. Kondisi ini melambat dibandingkan kuartal III-2015 sebesar 5,46 persen dan kuartal IV-2014 sebesar 6,29 persen.
Penjualan properti residensial di kuartal IV/2015 hanya tumbuh 6,02 persen, lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya 7,66 persen. Rumah tipe besar pun menjadi segmen yang tumbuh paling rendah. “Perlambatan penjualan diduga karena kondisi perekonomian yang melambat sehingga berpengaruh pada penurunan permintaan terhadap properti residensial,” ungkap survei BI.
Dari sisi pasokan, hasil survei mengungkapkan bahwa adanya aturan loan to value terbaru yang mengharuskan jaminan tambahan dari pengembang dirasa sangat memberatkan aliran dana perusahaan.
Gambaran bahwa harga properti residensial melambat pada kuartal I/2016 sebagai berikut. ertumbuhan diperkirakan hanya 0,44 persen lebih lambat dibandingkan kuartal IV/2015 sebesar 0,73 persen. Rumah tipe besar diperkirakan masih menjadi segmen dengan pertumbuhan harga terendah.
Secara tahunan, kenaikan harga diperkirakan masih akan melambat. Kuartal I-2016 diperkirakan hanya akan meningkat 3,58 persen (year on year), melambat dibandingkan kuartal IV-2015 yang tumbuh 4,62 persen.
“Sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (20,92 persen), uang muka rumah (20,04 persen), kenaikan harga bahan bangunan (17,48 persen), serta perizinan (16,13 persen),” ungkap survei BI.