TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini diperkirakan akan kembali menguat. Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, penguatan tersebut menyusul rendahnya risiko pasar global dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang diyakini akan lebih baik tahun ini.
"Rendahnya risiko pasar saham global dan optimisme atas prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih kuat tahun ini kembali mendorong aksi beli pada perdagangan awal pekan ini. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.690 hingga 4.750 berpeluang menguat," kata David, Senin, 15 Februari 2016.
Akhir pekan lalu perdagangan didominasi aksi ambil untung pelaku pasar yang memanfaatkan sentimen negatif dari pasar global dan kawasan menyusul penguatan sejumlah saham unggulan dalam beberapa sesi perdagangan sebelumnya. IHSG akhirnya ditutup terkoreksi 61,467 poin (1,29 persen) di 4.714,393.
Selama sepekan IHSG terkoreksi 1,76 persen setelah pekan sebelumnya menguat 3,98 persen. Meski ada sentimen positif dari dalam negeri, sayangnya faktor ini dibayangi meningkatnya risiko pasar global dan kawasan terutama dipicu tren bearish harga minyak mentah dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Sentimen positif yang dimaksud adalah seiring rendahnya risiko capital outflow (aliran modal ke luar) dan respons sejumlah rilis laba emiten serta paket kebijakan ekonomi X dari Presiden Joko Widodo yang merevisi daftar negatif investasi (DNI) lebih ramah pada investor asing.
Pembelian bersih investor asing di pasar saham sepekan kemarin mencapai Rp 1,11 triliun dan nilai tukar rupiah atas dolar AS menguat 1,33 persen di Rp 13.471. Penguatan rupiah ini berdampak positif terhadap pergerakan sejumlah saham sektoral yang sensitif interest rate.
Akhir pekan lalu pasar saham global berhasil rebound. Indeks Eurostoxx di zona Euro menguat 2,83 persen di 2.756,16. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P setelah lima sesi perdagangan sebelumnya tertekan, berhasil rebound masing-masing menguat 2 persen dan 1,9 persen tutup di 15.973,84 dan 1.864,78.
Penguatan di pasar saham global tersebut terutama dipicu rebound harga minyak mentah hingga 12,3 persen di US$ 29,02 per barel setelah pasar berspekulasi OPEC akan menyepakati pemotongan produksinya. Data ekonomi yang keluar di kawasan Euro juga positif menopang aksi beli balik pemodal.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI