Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kerajinan Impor, Pemerintah Diminta Larang Ekspor Bahan Baku

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Catur Mataram, kerajinan asal Yogyakarta yang disebut Jopajapu (kerajinan yang membuat figur masyarakat Jawa) dipamerkan pada rangkaian Perayaan ke-5 tahun Mal Artha Gading, Jakarta, Minggu (08/11). TEMPO/Arif Fadillah
Catur Mataram, kerajinan asal Yogyakarta yang disebut Jopajapu (kerajinan yang membuat figur masyarakat Jawa) dipamerkan pada rangkaian Perayaan ke-5 tahun Mal Artha Gading, Jakarta, Minggu (08/11). TEMPO/Arif Fadillah
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Komunitas pengusaha di Daerah Istimewa Yogyakarta khawatir masih banyak ekspor bahan baku kerajinan dari Indonesia di era pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) DIY, Heru Prasetyo mendesak pemerintah segera membatasi ekspor bahan baku kerajinan. "Kalau tak segera dibatasi, kami bisa habis (kalah bersaing)," kata Heru Jumat, 12 Februari 2016.

Heru mengaku menemukan produk kerajinan dari Cina yang memakai bahan kayu ulin asal Indonesia. "Paling mencolok, ekspor kulit kerang. Penjualan ke India sangat tinggi, padahal mereka pesaing kami," kata Heru.

Menurut Heru, ekspor bahan baku kerajinan mengancam penurunan daya saing ribuan pengrajin lokal. Selama ini, produk kerajinan  Indonesia mampu bersaing karena bahan alam yang melimpah dan tak ada di negara lain. "Kalau ekspor bahan kerajinan dibiarkan di era pasar bebas sekarang, banyak pengrajin tak akan bertahan pada dua sampai lima tahun ke depan," kata dia.

Heru khawatir karena selama ini produk kerajinan negara pesaing berat Indonesia, seperti Cina, Vietnam dan India dibandrol dengan harga lebih murah. Sebagian justru punya kualitas desain dan pengolahan bahan lebih baik ketimbang produk yang sama asal Indonesia.

Dia berpendapat, MEA bisa menjadi ancaman serius bagi pengrajin asal Indonesia jika ekspor bahan baku kerajinan tak dibatasi ketat. Produk  yang sebenarnya khas Indonesia akan dengan mudah diproduksi  negara lain. "Selama ada MEA, kami belum bisa merebut pasar di negara ASEAN, saat ini pasar Indonesia yang jadi sasaran (kerajinan impor)," kata Heru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Heru, di tengah situasi perekonomian yang melambat, kapasitas ekspor produk kerajinan lokal justru menanjak. Jumlah ekspor produk kerajinan asal DIY, menurut Heru, dengan tujuan pasar tradisional, seperti Amerika, Eropa dan Autralia, terus bertambah. "Produk seperti meja makan, kursi kayu, keranjang rotan, mangkok kayu laku keras di Amerika,” kata dia.

Tapi, mayoritas pengrajin asal Yogyakarta belum punya konsep produksi yang inovatif dalam hal desain dan pengolahan bahan dengan kualitas presisi. Akibatnya, ekspor hanya mampu menyasar pasar  tradisional. “Kerajinan asal DIY harganya juga masih murah karena belum banyak yang bisa naik level menjadi produk gaya hidup,” kata Heru.

Tak heran nilai ekspor kerajinan asal Vietnam bisa melampaui Indonesia pada tahun lalu. “Karena nilai barangnya lebih mahal dan bukan karena volumenya lebih banyak,” ujar dia.

Eksportir kerajinan asal Sleman, Hiero Prabantoro, membenarkan anggapan Heru. Baru-baru ini dia menemukan produk keranjang berbahan anyaman bambu asal Vietnam justru menarik minat pembeli kelas menengah di waralaba IKEA, Jakarta. “Produknya sama dengan buatan Sleman atau Bantul yang harganya belasan ribu, tapi irisan bambunya lebih tipis dan rapi serta desainnya bagus,” kata Hiero.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

34 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

39 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

43 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

43 hari lalu

Pengusaha aksesori dari bunga kering, Korona 32 tahun di pameran Inacraft 2024 Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat pada Ahad, 3 Maret 2024. TEMPO/Desty Luthfiani
Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.


Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

44 hari lalu

Jiffina 2024 digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.


Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

48 hari lalu

Pengunjung memperhatikan barang yang dijual dalam pameran Inacraft on October di JCC, Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2023. Salah satu pameran produk kerajinan terbesar di Asia Tenggara itu diikuti lebih dari 700 peserta yang berlangsung hingga 8 Oktober mendatang. Tempo/Tony Hartawan
Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Heri Sutanto atau Cek Eri, seniman pembuat hulu dan warangka keris Palembang (TEMPO/Parliza Hendrawan)
Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang


Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Suasana Rumah Rajut di Pulau Ngenang Kota Batam, Kamis, 14 Desember 2023. (TEMPO/Yogi Eka Sahputra)
Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.