TEMPO.CO, Boyolali - Di tengah maraknya isu pemutusan hubungan kerja massal akibat pelambatan ekonomi global, Kabupaten Boyolali saat ini justru sibuk mencari 15 ribu tenaga kerja baru.
“Terutama untuk pekerjaan operator mesin jahit,” kata Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Boyolali Purwanto pada Rabu, 10 Februari 2016.
Purwanto mengatakan dampak pelambatan ekonomi global hingga kini belum terlihat di sejumlah perusahaan di Boyolali. Dia juga mengaku belum mendapat informasi akan adanya rencana PHK dari perusahaan. “Kalau rencana PHK tidak ada, yang ada justru sebagian perusahaan garmen di sini kesulitan mencari tenaga kerja,” kata Purwanto.
Menurut Purwanto, saat ini ada sekitar 600 perusahaan yang masih aktif di Boyolali. Data dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu, jumlah tenaga kerja di Boyolali pada 2015 sebanyak 37.794 orang atau meningkat 85 persen jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja pada 2011.
Meski dalam kondisi pelemahan ekonomi global, Purwanto berujar, sejumlah investor masih berdatangan ke Boyolali untuk mendirikan bermacam perusahaan. “Mereka inginnya membangun (pabrik) di wilayah Kota. Tapi kami arahkan ke wilayah utara seperti di Kecamatan Tempel. Selain lahannya masih luas, di wilayah utara banyak calon tenaga kerja,” ujar Purwanto.
Tingginya permintaan tenaga kerja di Boyolali salah satunya berasal dari PT ECO Smart Garment Indonesia (ESGI), produsen pakaian jadi merek internasional yang 100 persen produknya diekspor ke sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Anak perusahaan PT Pan Brothers Tbk itu memiliki empat pabrik di Kecamatan Sambi dan Klego yang baru beroperasi Agustus 2015. “Target kami 12 ribu karyawan. Sekarang baru ada sekitar 9.000 karyawan. Jadi kami masih butuh sekitar 3.000 karyawan,” kata Human Resource Management General Manager PT ESGI, Nurdin Setiawan.
Di Kecamatan Mojosongo, PT Pan Brothers dan dua anak perusahaan lain juga memiliki lima pabrik garmen yang dibangun secara bertahap sejak 2011. Menurut Nurdin, lima pabrik tersebut masih membutuhkan sekitar 2.500 karyawan. “Di Kabupaten Sragen, PT Pan Brothers juga punya satu pabrik yang masih kekurangan sekitar 200 karyawan,” ucap Nurdin.
Menurut Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans Boyolali Jaka Santosa, tidak ada satu pun perusahaan di Boyolali yang mengajukan penangguhan pembayaran gaji karyawannya sesuai dengan UMK 2016 sebesar Rp 1.403.500.
“Saat ini kami masih mendata kondisi perusahaan di Boyolali secara menyeluruh,” tutur Jaka. Jika sudah mengantongi data hal ihwal perusahaan yang akurat, Jaka optimistis pihaknya bisa memetakan potensi kerawanan kasus ketenagakerjaan di Boyolali sekaligus menentukan langkah antisipasinya.
DINDA LEO LISTY