TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah I Wayan Dipta mengatakan Indonesia masih mengimpor sekitar 80 persen bahan baku susu dari total kebutuhan nasional. “Produksi susu segar dalam negeri semakin menurun, sementara permintaan terus meningkat,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat, 5 Februari 2016.
Menurut Wayan, masalah penurunan produksi susu dipengaruhi oleh sulitnya pakan hijau untuk sapi. Mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat juga mempengaruhi penurunan itu.
Ada penurunan genetik sapi perah dan manajemen peternakan yang belum optimal. Wayan mendorong adanya pengaturan ihwal harga dan pola kerja sama dengan perusahaan susu. Selain itu juga membangun koperasi susu nasional.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menuturkan produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 18 persen dari total kebutuhan. Asupan nutrisi protein masyarakat juga tidak sebanding dengan produksi susu nasional, sehingga untuk mencukupi itu harus mengimpor.
Baca: Restrukturisasi Panasonic, Apindo: Di Jepang Kalah Bersaing
Menurut Dedi, saat ini harga susu dunia menurun. Namun seluruh produksi susu peternak tetap ditampung oleh industri pengolah susu sesuai dengan komitmen peningkatan kualitas susu. Kendala utama dalam pengembangan usaha sapi perah, adalah keterbatasan lahan peternakan. Pemerintah mendorong agar lahan milik pemerintah seperti tanah Perhutani atau perkebunan dapat disewakan kepada koperasi untuk penanaman rumput.
Data dari Koperasi Peternak Sapi Perah Setia Kawan, Pasuruan Jawa Timur menyebut saat ini di daerah itu jumlah anggota peternak sapi perah sebanyak 4.545 orang. Sementara populasi sapi sebanyak 17.302 ekor dengan jumlah produksi susu sekitar 82.000 liter setiap hari. Dedi sepakat pemerintah menerbitkan payung hukum pengembangan susu nasional sekaligus untuk melindungi peternak dalam negeri.
DANANG FIRMANTO