TEMPO.CO, Banjarmasin - PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) cabang Banjarmasin mencatatkan penurunan pendapatan pada tahun buku 2015. Penurunan ini terjadi akibat memburuknya perekonomian di Kalimantan Selatan, menyusul anjloknya harga komoditas batu bara dan sawit.
General Manager Pelindo III Banjarmasin Hengki Jajang Herasmana menganalisis lesunya perekonomian dan harga sawit merupakan faktor utama menurunnya daya beli masyarakat. Apalagi disusul maraknya pemutusan hubungan kerja di berbagai sektor usaha pendukung bisnis komoditas.
“Menurunkan daya beli masyarakat terhadap barang-barang yang dikirim dari laut. Yang pasti, arus barang peti kemas turun pada 2015 dan berpengaruh terhadap pendapatan kami,” kata Hengki kepada Tempo di ruang kerjanya, Selasa, 2 Februari 2016.
Mengutip laporan keuangan 2015, Hengki mengatakan perseroan hanya mampu meraup pendapatan kotor sebesar Rp 382 miliar. Angka itu turun 11 persen ketimbang capaian pada 2014, yakni sebesar Rp 440 miliar. Penurunan pendapatan paralel terjadi seiring dengan anjloknya realisasi arus bongkar muat peti kemas di Banjarmasin. Pada 2015, arus bongkar muat peti kemas sebanyak 388.419 TEUs atau setara dengan 346.089 boks.
Adapun pada 2014, realisasi arus peti kemas sebanyak 413.737 TEUs atau setara dengan 371.640 boks. Menurut dia, unit bisnis bongkar muat peti kemas berkontribusi 60 persen, konvensional (curah kering, curah cair, general cargo) menyumbang 30 persen, dan pelayanan kapal berkontribusi 10 persen terhadap pendapatan perusahaan.
“Arus peti kemas turun 7 persen. Setelah dikurangi biaya lain-lain, itu jauh sekali (pendapatan bersihnya),” ujarnya tanpa menyebutkan detail angka yang dimaksud.
Meski perekonomian Kalimantan Selatan belum sepenuhnya pulih pada 2016, Hengki tetap menargetkan kenaikan pendapatan hingga Rp 478 miliar atau naik sekitar 10 persen dibanding 2014. Kenaikan pendapatan sebanding dengan target arus peti kemas sebesar 361.740 boks atau setara 401.853 TEUs pada 2016.
Itu sebabnya Hengki akan mendatangkan empat unit container crane (CC) baru senilai Rp 340 miliar buat menopang target. Alat baru ini melengkapi empat unit CC, yang sebelumnya sudah beroperasi di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin.
Hengki mengklaim empat unit CC terbaru mampu mengangkut 35 boks peti kemas per jam. Adapun unit CC lama hanya berkemampuan menggotong 22 boks peti kemas per jam. Selain alasan produktivitas CC, perseroan akan mengirim dua unit CC lama ke Pelabuhan Sampit, Kalimantan Tengah.
Dengan asumsi satu kapal membawa 350 boks peti kemas, kata dia, CC terbaru hanya butuh waktu 10 jam untuk bongkar muat. “Kecapatannya (bongkar muat) ditinggikan. Waktu-waktu ini coba kita hemat, efisien, sehingga antrean kapal tidak ada lagi."
DIANANTA P. SUMEDI