TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia mempelajari teknologi rancang bangun terowongan dari Norwegia melalui kerja sama government to government dalam rangka pengembangan teknologi terowongan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono mengatakan kerja sama dengan Norwegia yang telah terjalin sejak 2013 dikhususkan pada transfer teknologi rancang bangun.
“Selama ini berhubungan dalam rangka pengembangan teknologi terowongan. Jadi beberapa staf dikirim untuk belajar tentang terowongan,” ujar Taufik, Jumat, 29 Januari 2016.
Menurut Taufik, saat ini teknologi terowongan di Indonesia perlu dikembangkan sebagai alternatif berbagai keperluan. Sebagai contoh untuk pembuatan bendungan air bawah tanah Bribin, semi terowongan di Jalur Nagreg, serta pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) berbasis subway.
Dia tak memungkiri bahwa teknologi terowongan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, dengan keberadaan terowongan, beberapa permasalahan seperti kendala pembebasan lahan dapat diminimalisasi, serta efisiensi lahan dan lingkungan di atas terowongan tidak akan terganggu.
Baca Juga:
Menurut Taufik, Indonesia harus mampu menghasilkan infrastruktur yang tertata dengan baik dan saling terintegrasi. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum. Salah satunya dengan mempelajari pemanfaatan ruang bawah tanah (underground space) yang diterapkan di Norwegia.
“Mengingat keterbatasan lahan di Indonesia, terutama di kota-kota besar, kita harus mulai mempertimbangkan terowongan sebagai salah satu sarana, baik untuk transportasi maupun drainase,” tuturnya.
Sementara itu, Norwegia adalah salah satu negara yang memiliki perkembangan teknologi terowongan yang cukup baik. Bukan hanya terowongan, melainkan juga teknologi pemanfaatan ruang bawah tanah yang cukup maju untuk berbagai keperluan.