TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Perekonomian menggelar rapat koordinasi mengenai privatisasi Badan Usaha Milik Negara. Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius Kiik Ro, mengatakan pemerintah berencana mencari investor untuk menghidupkan kembali PT Merpati Nusantara Airlines yang telah bangkrut.
"Memang belum ada keputusan, tapi beliau (Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution) prinsipnya memahami bahwa memang harus mengundang investor," kata Aloy di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, di Jakarta, Kamis, 28 Januari 2016.
Aloy mengatakan cara mengundang investor strategis adalah untuk penyelamatan BUMN. Hal ini, kata dia, harus disetujui regulator bidang keuangan. "Itu pun harus diselesaikan di sini, di-approve regulator keuangan dan dikomandani Menko Darmin," katanya.
Investor yang berminat, kata Aloy, harus mengajukan dulu proposal penawarannya. "Ini tergantung investornya dan harus mengambil resiko," kata dia. Aloy mengatakan para investor harus menanggung semua utang Merpati dengan kas perusahaan yang minus Rp 5,3 triliun. “Merpati kalau ada yang minat sudah syukur,” kata Aloy.
Terkait talangan dana restrukturisasi BUMN, ia mengatakan pemerintah menggelontorkan dana Rp 500 miliar untuk Merpati. "Itu ada, karena Merpati itu masih hidup melalui bisnisnya. Bisnis MRO-nya masih hidup," kata dia.
Selain Merpati, perusahaan milik negara yang masuk daftar privatisasi ada PT Kertas Leces, PT Kertas Kraft Aceh, dan PT Iglas. Aloy menegaskan bahwa peluang investasi ini diberikan demi menyelamatkan BUMN. “Kalau diringkas, ini merupakan salah satu upaya terbaik yang bisa kami lakukan,” ujar Aloy.
ARKHELAUS W.