TEMPO.CO, Indramayu -Tak punya modal untuk memulai musim tanam rendeng (penghujan), petani di Kabupaten Indramayu menggadaikan emas miliknya. “Saat ini sudah mulai ada peningkatan (transaksi),” kata Kepala Pegadaian Cabang Indramayu, Lilies Sulistiyawati, Kamis 28 Januari 2015.
Namun Lilies menolak menyebutkan angka peningkatan itu. Ia hanya menambahkan transaksi gadai memang biasanya meningkat setiap musim tanam rendeng. “Karena petani membutuhkan modal.” Barang yang digadaikan sebagian besar berupa emas perhiasan.
Baca Juga:
Hujan sudah mulai sering turun di wilayah Cirebon. Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang digelontorkan, sehingga bisa memenuhi saluran irigasi. Petani segera menanam. “Namun banyak petani yang tidak memiliki modal untuk memulai musim tanam rendeng,” kata Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan AndalanKabupaten Indramayu, Sutatang. Petani menggadaikan barang-barang yang mereka miliki, termasuk emas.
Sutatang menjelaskan biasanya saat musim panen gadu (kemarau) petani bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Keuntungan itu selain bisa untuk memenuhi kebutuhan petani sehari-hari juga bisa disisihkan untuk tabungan. Tabungan itulah yang akan digunakan sebagai modal petani untuk memulai musim tanam rendeng. Namun karena banyak petani yang gagal panen pada musim tanam gadu lalu, mereka tak punya modal saat hendak memulai musim tanam rendeng.
Modal yang harus disiapkan petani untuk tanam padi berkisar Rp6-7 juta per hektare lahan. Modal itu belum termasuk biaya sewa lahan khusus untuk petani penggarap. Biasanya petani penggarap membayar sewa lahan setiap setahun sekali.
Sahroni, seorang petani asal Desa Pecuk, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, mengakui tidak punya modal. “Padahal air di saluran irigasi sudah banyak.” Berpacu dengan debit air, “gelang dan kalung emas digadaikan,” kata Sahroni. Dari hasil gadai itu ia memperoleh uang Rp4,5 juta. Uang itu digunakan Sahroni sebagai modal untuk memulai musim tanam rendeng. “Sisanya bisa pinjam lah, yang penting mulai tanam dulu.”
IVANSYAH