TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Nusa Tenggara Timur Stanis Tefa mengatakan pekerja dengan profesi jasa konstruksi dan perdagangan berpotensi masuk ke Indonesia di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Dua profesi itu diperkirakan akan lebih dominan di samping profesi lain, seperti pemandu wisata, tour dan travel, serta penanaman modal di daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam yang menarik bagi investor," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu, 27 Januari 2016.
Anggota DPRD Nusa Tenggara Timur periode 2009-2014 itu mengatakan hal tersebut menanggapi profesi apa saja yang berpotensi besar masuk ke Indonesia pada era pasar bebas tingkat ASEAN saat ini dan bagaimana kesiapan pekerja lokal untuk berkompetisi dengan pekerja asing.
"Dalam konteks lokal, khusus untuk profesi tenaga ahli konstruksi jalan layang, jembatan raksasa, dan gedung super raksasa, harus diakui belum maksimal disediakan, kecuali untuk tingkat pekerja paruh waktu, ada banyak di Nusa Tenggara Timur," kata Stanis.
Karena itu, butuh persiapan terus-menerus untuk mengadakannya, terutama penanggung jawab teknis bidang infrastruktur seperti jalan dan jembatan, sehingga dapat dijaga ketahanan masyarakat konstruksi untuk menghadapi MEA mulai 2016.
"Selama ini kita sering mendengar kata-kata ketahanan, seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan sosial budaya. Sekarang adalah saatnya kita memberikan perhatian yang serius kepada ketahanan masyarakat konstruksi dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2016 dan WTO 2020," ujar Stanis.
Hal ini penting karena jangan sampai karena keterbatasan pihak terkait, potensi pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi sasaran empuk asing, baik dari segi pelaku badan usahanya maupun tenaga kerja konstruksinya.
"Kita menaruh harapan besar agar Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mampu menjadi motor pendorong menyiapkan pelaku usaha, tenaga kerja konstruksi, serta seluruh rantai pasok yang terkait, menuju ketahanan masyarakat jasa konstruksi," katanya.
LPJK, kata Stanis, hendaknya mampu memberikan pemikiran-pemikiran yang konstruktif untuk kemajuan pengembangan jasa konstruksi Indonesia.
Untuk maksud itu, kata Stanis, acara rapat kerja nasional (Rakernas) Ikatan Arsitek Indonesia yang digelar di Kupang dalam pekan ini (terhitung tanggal 28-30 Januari 2016) merupakan bagian lain yang penting dan ingin menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Timur kaya arsitek.
Apalagi pada rangkaian Rakernas Ikatan Arsitek Indonesia di Kupang Nusa Tenggara Timur akan diadakan bursa buku dan pameran ikatan arsitek award. Peserta yang hadir sebanyak 60 peserta dari seluruh Indonesia dan dari Nusa Tenggara Timur sendiri sebanyak 75 peserta.
"Ini langkah dan kreativitas anak bangsa yang perlu didukung di era seperti saat ini, karena akan semakin memperkaya tenaga dan pekerja bidang konstruksi dan arsitektur yang semakin kaya serta siap berkompetisi dengan tenaga kerja lainnya," katanya.
Dan memang pekerja di Nusa Tenggara Timur tidak perlu gentar berkompetisi menghadapi persaingan di pasar masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang telah diberlakukan secara nasional pada akhir 2015.
"Pentingnya kemampuan pekerja untuk berkompetisi menghadapi persaingan di era MEA dengan keahlian dan profesi yang dimiliki, sehingga tidak tergilas oleh pekerja asing dari negara-negara ASEAN," kata Stanis.
Ia mengatakan, untuk dapat berkompetisi, peningkatan sumber daya manusia (SDM) penting dilakukan agar masyarakat terutama pekerja di pasar terbuka tidak akan tergusur akibat masuknya orang-orang dari luar negeri.
ANTARA