TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, 25 Januari 2016, bergerak menguat tipis sebesar satu poin menjadi Rp 13.844 dibanding sebelumnya pada posisi Rp 13.845 per dolar Amerika Serikat.
Analis dari LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo, di Jakarta mengatakan kinerja mata uang dolar Amerika yang cenderung melemah terhadap mayoritas nilai tukar global menjaga rupiah bergerak di area positif meski cenderung terbatas.
"Harga minyak mentah dunia yang cenderung menguat menopang mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," ucapnya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin pagi ini terpantau bergerak naik 0,06 persen menjadi US$ 32,20 per barel. Sedangkan minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,16 persen ke level US$ 32,24 per barel.
Kendati demikian, Lucky menuturkan pelaku pasar uang diharapkan tetap waspada dalam mengambil posisi di aset negara berkembang, mengingat perekonomian di Amerika yang cenderung mengalami perbaikan.
"Kondisi ekonomi AS yang membaik dapat mendorong dana investasi masuk ke negara tersebut melalui dolar AS yang akhirnya berpotensi menahan laju nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, jika harga minyak mentah terus berada di area positif, besar kemungkinan nilai tukar negara berkembang melanjutkan penguatan.
Namun, ucap dia, potensi dolar Amerika terapresiasi juga cukup terbuka, mengingat kuatnya harapan pelonggaran kebijakan keuangan oleh bank sentral Eropa dan Jepang.
"Kebijakan pelonggaran kedua bank sentral dapat mendorong jumlah peredaran mata uangnya tinggi yang akhirnya dapat mendorong nilai tukar dolar AS menguat dan dapat berdampak pelemahan mata uang pada negara berkembang," ujarnya.
ANTARA