TEMPO.CO, Bandung - Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan lembaganya meminta Kementerian Pertanian mencabut kebijakan pemusnahan parent stock untuk stabilisasi harga daging ayam. Parent stock adalah induk ayam. "Kami menunggu surat resmi dari Kementerian terkait dengan penghentian pemusnahan parent stock ayam itu,” katanya di sela pemeriksaan lapangan ihwal kenaikan harga daging ayam di Pasar Cihaurgeulis, Bandung, Minggu, 24 Januari 2016.
Syarkawi mengatakan Direktur Jenderal Peternakan, lewat media secara lisan, menyatakan akan menghentikan kebijakan pemusnahan parent stock. Penelusuran lembaganya mendapati salah satu pemicu naiknya harga daging ayam adalah sejumlah peternak kesulitan mendapatkan bibit ayam atau DOC setelah terbitnya kebijakan pemusnahan itu. “Karena memang produksi DOC turun karena parent stock dimusnahkan, makanya untuk sementara kami akan meminta Dirjen Peternakan mencabut surat edaran yang disampaikan kepada pemilik-pemilik parent stock untuk menghentikan pemusnahan itu sementara waktu,” katanya.
Syarkawi mengatakan, sejak September 2015, pemusnahan parent stock sudah dimulai. Setiap ekor parent stock ayam, misalnya, bisa menghasilkan 135 bibit ayam atau DOC. Target pemusnahan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antarpemilik parent stock mencapai 6 juta ekor ayam. “Sekarang terealisasi sekitar 2-4 juta ekor parent stock dari ayam itu,” ujarnya.
Menurut Syarkawi, penelusuran lembaganya mendapati pasokan DOC pada sejumlah peternak berkurang. “Setelah kami beberapa kali pergi ke peternakan-peternakan, khusus ke peternakan mandiri, mereka kekurangan DOC. Ditanya kenapa kurang, karena pasokan dari pemilik parent stock itu berkurang,” tuturnya.
Dinas Peternakan Jawa Barat, dua pekan lalu, mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan ayam untuk membahas lonjakan harga daging ayam. Kesimpulan saat itu, kenaikan harga daging ayam terjadi lantaran harga pakan dan harga bibit ayam atau DOC melambung.
Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Doddy Firman Nugraha mengatakan salah satu rekomendasi pertemuan itu adalah meminta pemerintah pusat memeriksa produksi DOC atau bibit ayam yang dihasilkan produsennya, selain meminta pemerintah membuka keran impor jagung untuk menekan kenaikan harga pakan ayam karena kekurangan bahan baku. “Apakah terjadi permintaan DOC yang meningkat atau terjadi penambahan peternak,” ucapnya kepada Tempo, Minggu, 24 Januari 2016.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Jawa Barat Herry Dermawan mengatakan modal peternak tergerus karena harga pakan dan bibit naik. “Sekarang harga ayam tinggi, di kandang itu Rp 23.500-24.000 per ekor,” katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 14 Januari 2016.
Menurut Herry, kualitas pakan yang buruk dan naiknya harga bibit ayam atau DOC menggerus modal peternak ayam. Harga pakan naik gara-gara pasokan jagung seret, sedangkan harga bibit ayam naik lantaran dipicu kebijakan Kementerian Peternakan menekan produksi DOC agar tidak over-supply.
AHMAD FIKRI