TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh kapal pengangkut ternak pemasok kebutuhan nasional yang kosong masuk ke Jakarta dari Nusa Tenggara Timur mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo.
Menurut seorang pejabat di Istana, Presiden Jokowi sudah mengetahui masalah itu sejak awal pekan ini. Ketika itu, media massa santer memberitakan kapal ternak yang kosong kembali ke Jakarta sehingga negara mengalami kerugian.
Apalagi, dia meneruskan, Jokowi yang meresmikan kapal sapi itu pada 10 Desember silam untuk mempermudah suplai sapi nasional, khususnya Jakarta dan sekitarnya. “Beliau mau rapatkan soal operasional kapal ternak itu dengan Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Perum Bulog,” kata pejabat itu kepada Tempo hari ini, 22 Januari 2016.
Namun, dia tak bisa memastikan kapan rapat akan digelar. “Mungkin pekan depan,” ucapnya lagi.
Baca: Tak Dapat Sapi, Kapal Ternak Jokowi Pulang Tangan Kosong
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang menangani operasional kapal sapi Jokowi itu tak mau dianggap sebagai biang persoalan. Menurut direktur utamanya, Elfien Guntoro, kapal bergerak sesuai hasil koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perhubungan. “Kami tinggal mengikuti arahan yang punya muatan (Kementerian Pertanian) dan pemberi subsidi menjalankan kapal (Kementerian Perhubungan),” ucapnya, Kamis, 21 Januari 2016.
Elfian menuturkan, agar kesalahan tak terjadi lagi tiga pihak bertemu untuk melakukan evaluasi tentang operasional kapal pada Kamis malam lalu, yakni Pelni, Kementan, serta Kemenhub.
Adapun soal mengapa kapal kosong, menurut Elfian, itu akibat tak ada kecocokan harga antara pemerintah dan peternak di Nusa Tenggara Timur. Peternak ingin sapi dibeli sesuai dengan harga di Jawa, sedangkan Kementan tak punya cukup uang untuk membeli sesuai harga di Jawa.
Baca: Kapal Sapi Jokowi Kosong, Dharma Jaya: Kami Tak Dilibatkan
Namun, Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna D. Damarjati punya temuan lain. Menurut dia, Perusahaan Daerah DKI Jakarta itu tak diberi kesempatan mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur. Padahal, Dharma Jaya siap mengapalkan 500 ekor sapi. Di sisi lain, kebutuhan untuk 159 pasar resmi di bawah DKI Jakarta adalah 650 ekor per hari. “Kapal kosong karena tak melibatkan Dharma Jaya,” katanya kepada Tempo.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, stok sapi siap dijual di Nusa Tenggara Timur cukup. "Saat ini NTT mempunyai stok sapi yang diperdagangkan sejumlah 55.250 ekor," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina, Kamis, 21 Januari 2016.
Namun, di Nusa Tenggara Timur tak ada penetapan daerah lokasi penjualan sapi sehingga pemerintah daerah tak bisa memaksa penjual berdagang ke daerah penjualan itu. "Semua diserahkan mekanisme pasar dengan penawaran harga tertinggi," ucapnya.
Baca: Kapal Sapi Jokowi Kosong, Kemendag: Harga Kurang Bersaing
Ia menuturkan, harga beli dari DKI Jakarta dan Jawa Barat Rp 37-38 ribu per kilogram berat hidup. Sedangkan pedagang Kalimantan, yang selama ini menjadi tujuan utama penjualan sapi dari Nusa Tenggara Timur, berani Rp 41 ribu per kilogram. "Informasi lapangan, peternak NTT hanya mau menjual bila harganya sama dengan untuk Kalimantan."
Kementan mengakui kelemahan dalam pengadaan sapi di Nusa Tenggara Timur sehingga kapal kosong. ”Infrastruktur pengumpulan ternak memang belum memadai,” kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani kepada Tempo, Selasa, 19 Januari 2016. (Baca: Kapal Sapi Jokowi Kosong, Kementan Akui Lemah)
JOBPIE SUGIHARTO | ANDI RUSLI | PINGIT ARIA | MAYA AYU PUSPITASARI