TEMPO.CO, Jakarta – Melemahnya indeks harga saham gabungan karena berbagai sentimen global, menurut Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan, tidak hanya dirasakan di Indonesia, tapi juga di pasar modal negara lain.
Namun lemahnya IHSG dapat ditopang, salah satunya melalui pasar modal syariah. Sebab, dalam pertumbuhan ekonomi yang melambat, banyak pelaku pasar yang justru pilih “cari aman” untuk berinvestasi.
"Ini orang mulai berpikir cari yang aman. Dulu pada 2005, orang ditopang syariah. Kemudian 2008 juga sama. Pada 2016 sepertinya juga akan sama. Kalau lokomotif syariah didengungkan kembali, saya rasa bagus untuk menambah investor baru," kata Haryajid di Bursa Efek Indonesia, Jumat, 22 Januari 2016.
Selain melalui emiten syariah, ucap Haryajid, pasar modal harus dipacu emiten-emiten yang bergerak di semua sektor. Meski sentimen global masih menghantui laju IHSG, ujar Haryajid, emiten dapat menaikkan kinerja mereka, seperti melakukan ekspansi.
"Saya juga melihat upaya corporate action ini juga harus dilakukan. Dengan pelemahan minyak, pelemahan nilai tukar, tentu dampaknya negatif. Nah, corporate action ini tentunya bisa dilakukan dengan cara menaikkan kinerjanya, misal melakukan ekspansi," tutur Haryajid.
Haryajid optimistis perkembangan pasar modal akan lebih baik pada tahun ini, terlebih bila pemerintah yang saat ini sedang menggenjot proyek infrastruktur mendapat dukungan semua stakeholder.
"Karena program pemerintah ini banyak yang bagus, yang baru dijalankan. Kalau banyak effort-nya, banyak respons positif, kepercayaan asing pulih, kepercayaan masyarakat pulih, maka akan kembali ke market," katanya.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI