TEMPO.CO, Cirebon - Pemotongan sapi di Cirebon hingga kini belum normal. Sapi impor pun saat ini masih menumpuk di rumah potong hewan (RPH). Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, sapi yang dipotong di RPH Batembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, hanya sebanyak sembilan ekor pada Rabu, 20 Januari 2016.
“Hari ini juga tidak jauh dari jumlah itu,” kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ali Efendi, Kamis, 21 Januari 2016. Penyebabnya bukan karena sapi yang tidak ada, melainkan karena memang jagal di RPH Batembat tersebut enggan memotong sapi.
Ali melanjutkan, sejak Selasa, 19 Januari 2016, pemotongan sapi di RPH Batembat memang terus menurun. Dalam kondisi normal, sapi yang dipotong di RPH tersebut berkisar 35 hingga 40 ekor. Namun, pada Selasa, 19 Januari 2016, sapi yang dipotong menurun hanya menjadi 20 ekor. Jumlah tersebut terus menurun pada Rabu, 20 Januari 2016. “Jagal enggan memotong karena harga dari supplier juga tinggi,” kata Ali.
Selain itu, jagal enggan memotong karena daging sapi saat ini tidak laku. Karena itu, tidak heran hanya sebagian saja jagal yang saat ini masih memotong sapi di RPH Batembat. Kondisi ini diakui Ali memberikan dampak pada distribusi daging sapi di sejumlah pasar tradisional. “RPH Batembat ini memasok daging sapi untuk pedagang di sejumlah pasar tradisional, baik di Kota maupun Kabupaten Cirebon,” kata Ali.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di Pasar Pagi, Kota Cirebon, harga daging sapi saat ini sudah mencapai Rp 135 ribu/kg. “Itu pun susah dapat pasokan daging sapinya,” kata Mansur, pedagang daging sapi di pasar tersebut.
Sedangkan Oman, seorang pedagang empal gentong, makanan khas Cirebon berbasis daging, mengaku sejak Selasa, 19 Januari 2016, tidak lagi berkeliling berjualan empal gentong. “Tidak bisa jualan, dagingnya tidak ada,” kata Oman. Kalaupun ada, harganya sudah sangat tinggi. Oman mengaku biasa membeli daging sapi di RPH Batembat seharga Rp 89 ribu hingga Rp 90 ribu. Namun tiga hari lalu sudah naik menjadi Rp 95 ribu/kg. “Tadi saya cek lagi sudah naik lagi menjadi Rp 110 ribu/kg,” kata Oman.
Karena itu, Oman mengaku memilih untuk tidak berjualan empal gentong karena tidak tahu harus memberi harga berapa untuk satu porsinya. Padahal, menurut Oman, awal Januari lalu ia sudah menaikkan harga satu porsi empal menjadi Rp 12 ribu/porsi.
“Terdiri atas satu porsi nasi dan satu mangkuk empal gentong,” katanya. Jika sekarang harus menaikkan lagi harga satu porsi empal, Oman pun mengaku tidak tega. Karena itu, Oman mengaku lebih memilih bekerja di salah satu rumah makan empal gentong besar yang ada di Kabupaten Cirebon. “Yang penting sehari-harinya tetap bisa dapat uang untuk sekolah anak,” kata Oman.
IVANSYAH