TEMPO.CO, Semarang - Pelaku industri mebel nasional sepakat mem-branding ulang produk nasional untuk menaikkan nilai jual ke pasar dunia. Satu di antara upaya itu dilakukan di arena international Furniture and Craft Fair, 10-13 Maret mendatang. Pameran yang melibatkan 250 pelaku industri mebel dalam negeri itu mempopulerkan "Furniture Indonesia".
“Ini konsep baru. Furniture Indonesia latar belakang nawacita Jokowi yang isinya kemandirian ekonomi. Penguatan dan peningkatan pemakaian produk dalam negeri,” kata Chairman Internasional Furniture and Craft Fair Indonesia Andre Sundrio dalam road show dan sosialisasi pameran di Semarang hari ini, Kamis, 21 Januari 2016.
Rebranding produk itu bertujuan meningkatkan kepercayaan pasar asing terhadap mebel nasional, yang selama ini dinilai kalah dibanding negara lain. Andre menyebutkan hitungan penjualan produk mebel nasional kalah dibanding Vietnam, dengan nilai penjualan di atas US$ 2 miliar.
Baca: Industri Kayu
Kondisi itu dinilai ironis bagi pelaku industri mebel dalam negeri, yang punya potensi bahan baku melimpah. Selain itu, pelaku industri mebel yang tergabung dalam Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) berupaya mengejar ketertinggalan dengan menargetkan 4.000 pembeli baru di pasar luar negeri. “Dengan nilai jual hingga empat tahun ke depan mencapai US$ 6 miliar,” ujar Andre.
Pada pameran nanti, dia menargetkan penjualan hingga US$ 1 juta, atau naik dari pameran 2015 sebesar US$ 600 ribu. Dia meyakini target itu tercapai sampai setelah pameran.
Ketua Asmindo Jawa Tengah Ery Sasmito menyatakan peluang persaingan pasar asing 2016 sulit diprediksi, meski pada 2015 penjualan furnitur meningkat. “Nilai ekspor furnitur Jawa Tengah pada 2015 kira-kira US$ 700 juta,” tutur Ery.
EDI FAISOL