TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan yang berada dalam rentang support 4.450-4.477 dan resisten 4.510-4.522 berpeluang menguat pada Rabu, 20 Januari 2016.
"Harapan akan adanya stimulus dari pemerintah Tiongkok membuat laju IHSG secara tren berpeluang melanjutkan penguatan," kata Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada.
Optimisme itu juga melihat kondisi bursa saham sekitar yang kini berada di zona hijau. Dalam siaran persnya, Reza menjelaskan, ada kemungkinan kondisi ini diikuti aksi net sell asing.
Rilis data-data terkait dengan ekonomi Tiongkok mengawali jalannya perdagangan pada IHSG. Data yang dirilis lebih-kurang berada di bawah harapan konsensus, sehingga membuat IHSG tertekan pada awal sesi perdagangan.
Namun adanya pelaku pasar yang mencoba memanfaatkan sentimen ini untuk melakukan aksi beli membuat IHSG kemarin ditutup menguat terbatas.
Menurut Reza, bursa saham Asia menguat setelah GDP China diumumkan, meski hasilnya di bawah ekspektasi, yakni 6,8 persen YOY atau terendah dalam 25 tahun. Namun, dengan kondisi ekonomi tersebut, pelaku pasar berasumsi bahwa pelemahan ekonomi ini akan segera direspons pemerintah China.
Diperkirakan pemerintah Cina akan melonggarkan lagi kebijakan ekonominya, seperti memangkas suku bunga, memangkas rasio cadangan perbankan, dan mengeluarkan stimulus. Tak heran, indeks saham Asia di Jepang, Hong Kong, Cina, Indonesia, Singapura, Korea Selatan, bahkan Australia kompak ditutup menguat.
Pada akhir penutupan IHSG, berkurangnya transaksi jual asing turut didukung penguatan laju rupiah. Meski demikian, asing masih tercatat jualan (dari net sell Rp 524,12 miliar menjadi net sell Rp 335,81 miliar).
DESTRIANITA KUSUMASTUTI