TEMPO.CO, Pekanbaru - Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku sejak Januari 2016 cukup dirasakan Kota Pekanbaru. Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pekanbaru Masirba Sulaiman mengatakan produk makanan impor yang bukan berasal dari negara ASEAN kini mulai membanjiri pasar hingga toko pinggir jalan.
"Banyak barang impor masuk Pekanbaru bukan dari negara ASEAN," kata Masirba kepada Tempo, Selasa, 19 Januari 2016.
Baca Juga:
Menurut Masirba, beberapa produk makanan maupun minuman yang ditemukan kebanyakan berasal dari beberapa negara, seperti Jepang, Cina, dan Korea. Menurut dia, kondisi itu cukup merugikan keamanan konsumen karena kebanyakan produk impor tersebut tidak mencantumkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia.
"Mayoritas penduduk Pekanbaru muslim, sudah tentu dipertanyakan kehalalannya," ujarnya. Menurut dia, dari hasil penelusuran di lapangan, barang impor tersebut masuk melalui negara yang tergabung dalam kesepakatan MEA. “Yang memasukkan barang itu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam."
Masirba mempertanyakan mekanisme MEA apakah membolehkan negara ASEAN mengimpor barang yang diproduksi oleh negara bukan ASEAN. "Kami sudah sampaikan temuan ini ke Kementerian Perdagangan, tapi belum ada jawaban," tuturnya.
Saat ini, dia mengaku hanya bisa mengawasi peredaran barang impor dari negara non-ASEAN tersebut. Sebab, dalam kesepakatan MEA, pemerintah daerah tidak bisa lagi melakukan pelarangan barang masuk dari negara ASEAN.
"Kami hanya bisa melakukan pengawasan. Jika masih ditemukan barang bukan dari ASEAN, kami akan laporkan ke Pemerintah Provinsi Riau untuk tindakan lebih lanjut," ucapnya.
RIYAN NOFITRA