TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku industri penyamakan kulit menantikan adanya perbaikan pada musim pesanan baru pada Februari-Maret ini. Ketua Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Sutanto Haryono menjelaskan pihaknya mengharapkan tahun ini dapat berjalan lebih baik dibanding tahun lalu. Menurut Sutanto, kondisi pada tahun lalu termasuk yang terparah sepanjang 15 tahun terakhir.
“Dengan gambaran tahun lalu yang seperti itu, kami harap tahun ini bisa lebih baik. Tapi gambaran ini baru akan kelihatan Februari atau Maret nanti. Sekarang masih slow season,” katanya.
Sutanto mengatakan pesanan dari industri sepatu—yang merupakan konsumen utama industri penyamakan kulit—biasanya baru akan masuk pada Februari atau Maret setiap tahunnya. “Sulit diprediksi kalau sekarang. Kami hanya menunggu order dari pabrik sepatu. Jadi ini memang saling berkaitan,” ujarnya.
Selain industri sepatu, permintaan dari industri sarung tangan kulit memberi sumbangsih dalam serapan produk industri kulit nasional. “Ini industri sarung tangan sport, khususnya untuk golf, baseball, dan ski. Ini cukup dominan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Beberapa anggota kami, khususnya yang mengerjakan kulit dari kambing domba, banyak menyuplai ke situ. Tapi, ya, bagaimanapun volumenya masih jauh dari industri sepatu,” jabarnya.
Sepanjang 2015, industri penyamakan kulit nasional mengalami penurunan permintaan yang berdampak pada turunnya utilitas produksi menjadi sekitar 50 persen. Adapun kapasitas produksi nasional berkisar 20 juta lembar produk penyamakan kulit kambing dan 2 juta produk penyamakan kulit sapi, dengan alokasi 70 persen untuk industri dalam negeri dan 30 persen diekspor.