TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis bioskop Indonesia sudah lama dilirik investor luar negeri. Menurut data yang dihimpun Tempo, setidaknya investor asal Korea Selatan, Jerman, Inggris, dan India sudah melakukan pendekatan dan mengutarakan keinginan berinvestasi di Indonesia.
Salah satu yang pernah gencar mendekati pemerintah adalah Lotte Group pada 2012. Tak tanggung-tanggung, mereka berencana membuka hingga 100 layar pertunjukan atau bioskop di Indonesia.
Pada pertengahan 2015, bank asal Jerman, Deutsche Bank, dan Rothschild Group menyatakan kesediaannya menjadi penggalang dana US$ 100 juta untuk ekspansi jaringan bioskop milik Lippo Group, Cinemaxx. Dari dana itu, Cinemaxx mempunyai target membuka 2.000 layar dalam sepuluh tahun ke depan.
Deputi Hubungan Antar-Lembaga dan Wilayah Badan Ekonomi Kreatif Endah W. Sulistianti membenarkan ketertarikan banyak investor asing pada bisnis eksibisi atau pertunjukan film di Indonesia. Menurut dia, investor asal India juga tertarik. Namun selama ini industri film tak boleh dimasuki asing. “Sekarang sedang dibahas tentang investasi asing di bisnis bioskop,” katanya kepada Tempo, Senin, 11 Januari 2016.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid berpendapat, sebenarnya tak ada persoalan pemain bioskop berasal dari dalam atau luar negeri. Selama masih bisa dikomunikasikan, kepentingan nasional pasti terjaga. “Duduk bareng lihat rencana calon investor itu apa, jangan kemudian dibuka keran bioskop tapi isinya cuma film asing saja. Pastinya harus dibagi jelas dan ada aturan main,” ujar Hilmar seperti dimuat dalam Majalah Tempo edisi pekan ini dengan judul Tarik Ulur di Bisnis Layar.
AYU PRIMA SANDI