TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmita Hadi Wibowo berharap insiden ledakan bom di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, tidak berdampak pada kegiatan ekspor-impor. “Bom Thamrin tidak usah dikhawatirkan, karena biasanya ini bersifat temporer,” kata Sasmita di kantor BPS, Jakarta, Jumat, 15 Januari 2015.
Menurut Sasmita, pada umumnya, kegiatan ekspor-impor juga memperhatikan proses yang berjalan. “Umumnya, perjanjian dagang itu bukan sesaat, ada prosesnya juga,” ucapnya.
Meskipun tekanan terhadap ekspor-impor terjadi, ujar Sasmita, hal itu mungkin hanya sementara. Kejadian Januari dampaknya baru bisa dilihat pada Februari. “Tapi kan Februari juga bulan pendek. Kalau nanti terlihat rendah, itu bukan semata-mata karena bom Thamrin.”
Ia mengapresiasi langkah pemerintah yang dapat menangani insiden tersebut dengan cepat dan minim korban. “Ini memberikan persepsi aman untuk negara kita, sehingga tidak terlalu mengganggu ekonomi kita,” ujarnya.
BPS mengeluarkan rilis neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2015 yang mengalami defisit US$ 0,23 miliar. Menurut data BPS, ini karena defisit di sektor migas sebesar US$ 50 miliar, meski terjadi surplus di sektor nonmigas sebanyak US$ 0,27 miliar. “November, Desember trennya naik. Kemarin sempat anomali. November biasanya tinggi jadi rendah,” tutur Sasmita.
ARKHELAUS W.