TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyindir pihak yang mendukung proyek Blok Masela dibangun di laut.
"Tiga dari mereka seluruhnya akuntan, Menteri ESDM, Kepala SKK Migas, dan Menteri Riset. Masa Rizal Ramli kalah sama tiga orang akuntan, yang benar saja," kata Rizal Ramli dalam Dialog Kebangsaan di Hotel Bidakara, Kamis, 14 Februari 2016.
Bahkan Rizal Ramli menyindir dua media, yakni Tempo dan Kompas, yang dianggapnya membela pembangunan Blok Masela dilakukan di atas laut dengan argumen biaya proyek di laut lebih murah dibanding di darat. Menurut Ramli, sistem floating paling cocok untuk marginal field, supaya tidak perlu pipa. Tapi untuk cadangan sampai 70 tahun, tidak masuk akal kalau tidak menggunakan pipa.
Berdasarkan perhitungan Ramli, pembangunan Blok Masela di laut akan memakan biaya US$ 22 miliar sedangkan di darat hanya memakan biaya US$ 15 miliar. Selain itu, Ramli mengatakan Indonesia sudah terbiasa membangun kilang di darat, seperti di Balikpapan. "Angkanya justru dibalik. Bawa saja semua konsultan bulenya, lalu izinkan saya bawa dua orang staf dari ITB biar kita makan mereka," kata dia.
Selain biaya lebih murah di darat, Ramli mengatakan Pulau Selaru, sebagai tempat pembangunan kilang, hanya seluas 90 kilometer persegi, bukan di Pulau Aru sebagaimana yang diberitakan. Ramli berujar dengan pembuatan kilang di darat, Indonesia bisa membangun "The New Kalimantan".
Arguman lainnya, kata Rizal, proyek Blok Masela akan menggunakan cost recovery, artinya yang membayar pemerintah Indonesia. Sehingga dengan demikian, investor seharusnya tidak bisa mengatur terlalu jauh soal letak kilang Blok Masela. Ramli juga menyatakan bahwa presiden berkeinginan kilang itu nanti tidak hanya untuk ekspor, tetapi juga untuk kemajuan ekonomi masyarakat sekitar. Menko Perekonomian, menurut Ramli, juga setuju kalau kilang dibangun di darat karena bisa memajukan ekonomi regional.
Rizal Ramli menegaskan dalam proyek ini pasti ada resiko operasional yang memungkinkan ada keributan antara investor dengan pemerintah soal harga. Karena itu, Ramli berujar, nanti kalau tersandung masalah, kapal induk kilang bisa saja digeser dan masuk laut bebas ke arah Australia. "Indonesia bisa nangis bombay nanti," kata Ramli.
Rizal kembali menyindir pihak yang membela kilang di laut. "Bayangkan kalau tiga akuntan bicara teknis. Bisa celaka," kata dia.
LARISSA HUDA