TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Gunung Sardjono Hadi mengakui produksi minyak tahun ini bakal berkurang sekitar 4 persen, yakni sebanyak 63,9 ribu barel per hari (bph). Padahal tahun lalu realisasi produksi mencapai 66,3 ribu bph atau lebih besar dari target sebanyak 66 ribu bph. "Peningkatan itu lantaran kami mengakuisisi Blok B dan Blok NSO di Aceh," ujarnya di kantor pusat Pertamina, Kamis, 14 Januari 2016.
Target produksi gas PHE juga berkurang 4 persen, yakni sebanyak 652 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Seperti minyak, tahun lalu produksi gas juga 20 persen di atas target, yaitu 678 barel per hari.
PHE optimistis produksi bakal menyentuh target lantaran pengembangan blok terintegrasi (POD terintegrasi I) di 18 sumur bakal berproduksi September mendatang. Di luar itu, perusahaan masih bergantung pada wilayah kerja andalan, seperti Blok Offshore North West Java (ONWJ) ataupun West Madura Offshore (WMO).
Sebelumnya, ancaman pengurangan produksi diakui Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas Elan Biantoro. Menyikapi ini, SKK mempertimbangkan bakal mengajukan revisi target lifting yang berdampak pada melorotnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang akan dibahas pada APBN-P 2016 Maret mendatang.
"Kami juga memang menyarankan kontraktor membuat kontrak kerja sama (KKKS) untuk mengerem belanja modal serta mengefisienkan belanja operasional," ujarnya.
ROBBY IRFANY