TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memprediksi produksi gula tahun ini sebesar 2,3 juta ton. Angka itu turun 7,63 persen dibanding produksi tahun lalu yang menurut data Kementerian Pertanian mencapai 2,49 juta ton.
Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo, meyatakan, saat ini luas areal kebun tebu mencapai 451 ribu hektare. Selama tahun ini, ia memprediksi lahan tersebut akan menghasilkan 28,8 juta ton tebu giling. "Ada sisa pengaruh El Nino tahun lalu, selain itu juga ada perkiraan La Nina tahun ini," tuturnya pada wartawan, Rabu, 13 Januari 2016.
Tito mengungkapkan, El Nino pada 2015 masih akan terasa dampaknya hingga Februari tahun ini. Apalagi, tanaman tebu baru yang ditanam pada awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat kurang air, akibatnya produktivitas berpotensi menurun dari 67,6 ton per hektare pada 2015 menjadi 66 ton per hektare pada tahun ini. "Begitu juga rendemen tahun 2016 diperkirakan akan turun menjadi 7,75 persen dari tahun 2015 sebesar 8,28 persen.”
Akibat produksi gula yang terus anjlok ini, menurut Tito, kebutuhan gula untuk konsumsi langsung sekitar 2,82 juta ton tak bisa sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri. Meski awal tahun ini ada stok gula sebesar 817.246 ton, ia menilai, impor tetap diperlukan. Keputusan pemerintah untuk mengimpor 200 ribu ton gula kristal putih pun dinilai kurang.
Untuk mengamankan pasar dari gejolak harga di pada Januari - Februari 2017, sebelum pabrik-pabrik masuk musim giling, AGI memperhitungkan kebutuhan impor tahun ini setidaknya mengimpor 400 ribu ton gula kristal putih, atau sekitar 421 ribu ton gula mentah atau raw sugar. "Impor raw sugar dapat dilakukan jika pemerintah ingin menciptakan nilai tambah untuk industri di dalam negeri," kata Tito.
PINGIT ARIA