TEMPO.CO, Jakarta - Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air, Agus Soedjono mengatakan bahwa rating rendah Sriwijaya Air dalam aspek keselamatan dan keamanan penerbangan oleh Airlineratings.com tidak jelas kriterianya.
"Tidak jelas itu. Kapan dia survey saja tidak tahu. Tidak perlu ditanggapi lah kalau itu," kata Agus kepada Tempo, Sabtu, 9 Januari 2016.
Agus mengatakan bahwa penilaian yang dilakukan Airlineratings.com berseberangan dengan capaian yang diterima Sriwijaya Air pada 2015. "Dari Transportation Safety Award (TSA) 2015 oleh Kementerian Perhubungan, kami nomor dua. Kami percaya yang di depan mata, yang dirujuk selama ini," katanya.
Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa pertengahan tahun lalu, Sriwijaya Air juga mendapatkan sertifikasi (certificate of compliance) dari Basic Aviation Risk Standard (BARS) yang dikeluarkan oleh lembaga independen taraf internasional, Flight Safety Foundation.
"Kalau dari Flight Safety Foundation itu jelas memberikan sertifikasi yang memenuhi aspek keselamatan penerbangan. Perhubungan juga melakukan survey, nah itu lembaga dari mana ngaku seperti ini?"
Baca: Situs Ini Sebut Lion Air Jadi Maskapai Paling Buruk di Dunia
Agus juga menyatakan bahwa pihaknya setiap saat selalu melakukan perbaikan, terutama dari segi keselamatan penumpang. Bahkan, setelah mendapat sertifikasi BARS, lanjut Agus, Sriwijaya Air akan mempersiapkan sertifikasi dari lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu sertifikasi IOSA (IATA Operational Safety Audit) dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Dunia (International Air Transport Association/IATA).
Sebelumnya, situs Airlineratings.com melansir survei atas 448 maskapai sedunia. Ada 137 maskapai yang memperoleh ranking tertinggi karena mendapat tujuh bintang. Sekitar 50 maskapai mendapat tiga bintang atau kurang dari itu.
Ada 10 maskapai yang bintangnya terendah alias punya rekam jejak keamanan terburuk. Maskapai itu adalah Batik Air, Bluewing Airlines, Citilink, Kal-Star Aviation, Lion Air, Sriwijaya Air, TransNusa, Trigana Air Service, Wings Air and Xpress Air. Mereka berasal dari Indonesia, Nepal dan Suriname.
Baca: Disebut Maskapai Terburuk, Lion Air Pertanyakan Data Survei
Adapun Lembaga konsultan penerbangan CSE Aviation dalam catatan akhir tahunnya menyebut maskapai Garuda Indonesia berada di urutan tertinggi terkait keamanan maskapai selama 2015.
"Garuda memiliki nilai yang paling tinggi," kata Edwin Soedarmo, Presiden Direktur CSE Aviation dalam media gathering "Kaleidoskop Penerbangan Indonesia Tahun 2015" di Wisma Antara, Rabu, 30 Desember 2015.
Dari angka 100 persen, Garuda berada di atas 70 persen. Disusul Air Asia di atas 60 persen. Enam maskapai mendapat persentase sama, di atas 50 persen. Yaitu Xpress Air, Nam Air, Sriwijaya Air, Wings Air, Lion Air, dan Transnusa Air. Sementara Batik Air, Kalstar, dan Citilink berada di atas 40 persen. Trigana Air mendapat posisi terendah yakni di atas 30 persen.
CSE Aviation memberi peringkat secara umum. Yakni dengan menggabungkan antara rating keamanan dan pelayanan. "Garuda yang paling baik," ujar Edwin.
FRISKI RIANA | REZKI ALVIONITASARI