TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan hadirnya layanan streaming video film dan serial televisi dunia, Netflix, ke Indonesia akan menguntungkan pemilik layanan sekaligus masyarakat Indonesia.
"Yang paling beruntung itu Netflix, karena selain mendapat pendapatan dari yang menggunakan, juga secara value meningkat setelah hadir di 130 negara. Masyarakat Indonesia juga senang karena lebih murah daripada tv berlangganan," kata Heru kepada Tempo, Sabtu, 9 Januari 2016.
Meski menguntungkan, Heru melihat kehadiran Netflix sebagai disruptive technology. Sebab, menurutnya hal itu dapat merusak layanan yang sudah ada saat ini. "Merusak layanan seperti tv berlangganan yang kekuatan utamanya film. Paket full film lebih mahal bisa Rp 300 ribu sampai 400 ribu, orang mau tidak mau pilih Netflix," katanya.
Heru juga mengungkapkan bahwa layanan streaming yang disediakan Netflix menjadi persoalan. Ia menjelaskan bahwa tv berlangganan diatur jelas oleh UU Nomor 32 Tahun 2002 agar tidak bisa siaran streaming, karena konten siarannya juga ikut diawasi, dan ada terjemahan bahasa Indonesia.
"Kalau netflix ini bisa jadi streaming on demand, terjemahannya untuk Indonesia belum ada, secara aturan juga tidak pas akan seperti apa."
Heru mengharapkan agar pemerintah tegas untuk mengatur keberadaan Netflix. Sebab, menurutnya kehadiran layanan streaming asal Amerika Serikat itu bisa mempengaruhi bisnis lokal, terutama yang paling terpukul adalah tv berlangganan.
FRISKI RIANA