Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Turis ke Yogyakarta Tak Sebanyak Bali?

image-gnews
Wisatawan menyaksikan matahari terbit pertama di tahun baru 2016 di candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 1 Januari 2016. ANTARA/Anis Efizudin
Wisatawan menyaksikan matahari terbit pertama di tahun baru 2016 di candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 1 Januari 2016. ANTARA/Anis Efizudin
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogyakarta – Sejumlah pelaku wisata maupun pemerintahan di Yogyakarta mengeluhkan minimnya wisatawan mancanegara yang berlibur ke lokasi-lokasi wisata di sana. Kebanyakan turis menjadikan Yogyakarta hanya sebagai tempat singgah dengan tujuan utama ke Candi Borobudur dan Prambanan.
Berdasarkan data Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta,  jumlah turis asing yang menginap selama 2015 hanya sekitar 250 ribu orang. Sedangkan sebanyak 3,3 juta orang adalah wisatawan domestik.

“Padahal Kementerian Pariwisata sudah menjanjikan ikut memasarkan event dan festival di Yogya,” kata dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Ike Janita Dewi dalam Focus Group Discussion tentang Grand Design Pariwisata DIY di ruang pertemuan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Jumat, 8 Januari 2016.

Ike pernah mengajukan lima event festival di DIY kepada kementerian. Kelima festival itu antara lain ArtJog, festival layang-layang, juga Jogja Fashion Week. Menurutnya, Yogyakarta membutuhkan asistensi dari pusat untuk menjadi Jogja Festival City. Sayangnya, menurut Ike, hingga saat ini usulan itu masih diabaikan.

Berdasarkan data Bappeda DIY, anggaran APBN untuk pariwisata Yogyakarta pada 2016 hanya senilai Rp 20 miliar. Sedangkan anggaran dana keistimewaan untuk pariwisata dari bidang kebudayaan senilai Rp 14 miliar. Dana sebesar itu dinilai tak cukup untuk membuat pariwisata di Yogyakarta lebih menarik.

Keluhan soal minimnya peran pemerintah pusat juga dikemukakan Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul Harry Sukmono. Berdasarkan pendataan, kata dia,  ada 772 goa di Gunung Kidul yang mempunyai potensi untuk menjadi lokasi wisata. Hanya saja, Kementerian Pariwisata  mensyaratkan suatu lokasi bisa menjadi tempat wisata apabila ada bukti kepemilikan yang sah atas lokasi tersebut.

“Kalau goa, bagaimana bukti kepemilikannya?” tanya Harry.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Djoko Wijono punya pendapat berbeda. Dia tak menyalahkan Jakarta melainkan menilai persoalan Yogyakarta terletak pada lemahnya perencanaan pembangunan pariwisata di DIY yang tidak konsisten untuk berbasis pada kultur. Dia mencontohkan, Kyoto di Jepang membutuhkan waktu 25 tahun untuk menerapkan pembangunan berbasis kultur. Hasilnya, dari semula jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke sana sekitar 3-10 juta, kini telah mencapai 30 juta.

“Jadi enggak bisa seperti dagang. Esuk kulak, esuk untung,” kata Djoko.

Pembangunan pariwisata yang berbasis kultur, menurut Djoko mengedepankan pembagian porsi yang seimbang antara tradisi dan modernitas. Misalnya, saat menggelar festival tidak hanya menjadikan orang asing sebagai penonton, melainkan sebagai peserta.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

14 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

15 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

20 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

20 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

22 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

24 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

27 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

29 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

35 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

38 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.