TEMPO.CO, Jakarta -Bank Mandiri mendapat aduan terbanyak terkait masalah pelayanan jasa keuangan perbankan yang dirilis oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menanggapi rilis dari YLKI tersebut. Ia mengatakan, Bank Mandiri akan terus berusaha mengembangkan layanan perbankan untuk nasabah, agar dapat bertransaksi dengan nyaman dan aman. "Informasi yang disampaikan YLKI ini menjadi masukan yang sangat baik bagi kami dalam upaya meningkatkan kualitas layanan," katanya dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 8 Januari 2016.
Untuk lebih meningkatkan kualitas layanan dan mendekatkan diri dengan masyarakat, Bank mandiri telah mengoperasikan Mandiri Contact center di wilayah lain di luar Jakarta, seperti di Yogyakarta.
Melalui penambahan layanan tersebut, Bank Mandiri saat ini telah memiliki 850 agen yang mampu melayani 14 juta incoming calls setiap tahun.
"Alhamdulillah, upaya tersebut mampu meningkatkan kualitas layanan kami, yang salah satunya ditunjukkan dengan menurunnya angka pengaduan nasabah kami ke YLKI," ujar Rohan. Periode 2013-2014, Bank Mandiri mendapat total 32 aduan. Pada 2015 jumlahnya berkurang menjadi 22 aduan.
Abdul Baasith, koordinator tim perbankan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menuturkan, berdasarkan data yang dibuat YLKI, aduan kepada Bank Mandiri memiliki persoalan yang beragam dan imbang. "7 aduan kartu kredit, 6 kredit atau pinjaman, sisanya aduan deposito, e-money, tabungan, dan ATM," katanya, di kantor YLKI, Jakarta Selatan, hari ini.
Setelah Bank Mandiri, urutan kedua adalah Bank Mega mendapat 20 aduan sepanjang 2015, dan yang paling dikeluhkan adalah soal kartu kredit. Selain Bank Mega, Abdul juga mengungkapkan ada 8 aduan kartu kedit yang ditujukan pada Bank BCA dan ANZ & Standard Chartered, lalu diikuti Bank Mandiri, CIMB Niaga dan HSBC dengan 7 aduan, dan 5 aduan kepada Bank BNI."Permasalahan paling banyak soal pembobolan sebanyak 27 aduan. Jadi dipertanyakan sistem keamanannya," katanya.
GHOIDA RAHMAH | FRISKI RIANA