TEMPO.CO, Jakarta - Dengan populasi 255 juta jiwa dan produk domestik bruto yang mencapai US$ 2,85 triliun, Indonesia adalah 40 persen ASEAN. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, tentu kita tak rela sekedar menjadi pasar. “Beberapa perusahaan baik BUMN maupun swasta sudah ada yang ekspansi,” kata Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Bachrul Chairi, Jumat 8 Januari 2016.
Di antara perusahaan pelat merah BUMN yang sudah merambah ke Asia Tenggara adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). BUMN konstruksi ini telah memiliki proyek gedung bertingkat dan perumahan di Myanmar. Di negara yang sama, PT Semen Indonesia (Persero) juga telah menanamkan investasinya.
Di bidang perbankan, Bank Mandiri, BRI dan BNI juga telah membuka cabang di beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Myanmar.
Di bidang ritel, minimarket Alfamart juga telah mengepakkan sayap di Filipina. “Alfamart itu sudah punya seratusan gerai di Filipina,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mendey, Rabu, 6 Januari 2016.
Tak hanya membawa nama, Roy mengklaim bahwa Alfamart juga banyak menjual produk Indonesia. “Contohnya saja, jamu masuk angin itu laku lho di sana,” ujarnya.
Sementara di bisnis kuliner, beberapa jaringan kafe dan restoran waralaba lain seperti J-Co dan Es Teler 77 juga sudah merambah pasar Malaysia, Singapura dan Filipina. “Di ASEAN, sesama bangsa Melayu sepertinya punya selera yang mirip,” kata Roy.
PT Indofood Sukses Makmur akan membuktikannya lebih jauh. “Mereka akan membangun pabrik di Myanmar,” kata Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman, Jumat 8 Januari 2016. Beberapa tahun terakhir, perusahaan milik Grup Salim ini juga telah membentuk perusahaan join venture di Brazil, Cina, Filipina dan Jepang.
PINGIT ARIA