TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan wajar-wajar saja jika Lapindo Brantas, Inc mengajukan izin untuk melanjutkan pengeboran di Porong, Sidoarjo. "Agar bisa bayar utang talangan," ujar Kalla di kantornya, Jumat, 8 Januari 2016.
Kalla memastikan ganti rugi Lapindo telah dibayarkan seluruhnya oleh pemerintah. Untuk itulah, kata Kalla, Lapindo kembali melanjutkan pengeboran untuk membayar utang mereka pada pemerintah. "Kalau tak menggali mereka mau bayar utang dari mana?"
Perusahaan minyak dan gas Lapindo Brantas, Inc berencana kembali mengebor Sumur Tanggulangin 1, Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Eksplorasi diperkirakan dimulai pada awal Maret 2016.
Jika beroperasi kembali, kapasitas Sumur Tanggulangin 1 diperkirakan 5 juta meter kubik per hari. Jika digabung dengan sekitar 30 sumur yang sudah beroperasi di Sidoarjo, total produksi gas 8 juta meter kubik.
Ketua Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Amien Widodo mangatakan Lapindo belum memaparkan hasil kajiannya secara transparan. Berdasarkan hasil penelitian, penyebab lumpur panas di Porong ialah proses pengeboran yang tepat pada titik diapir (rongga gelembung di perut bumi).
"Titik diapir itu akan menyembur (meluap) dengan sendirinya bila terjadi gesekan dan tekanan,” tutur pria yang menjadi anggota Tim Kajian Kelayakan Permukiman (KKP) bentukan Gubernur Jawa Timur Imam Utomo saat itu. Ditambah lagi, dalam eksplorasinya tahun 2006 itu, Lapindo tak menggunakan casing (selubung).
Dalam keterangan pers pada 15 Juni 2006, Lapindo menyatakan mengebor sumur Banjar-Panji-1 dengan memasang casing hingga kedalaman 3.580 kaki, tapi mulai kedalaman 3.580 hingga 9.297 kaki belum memasang casing. Semula, casing akan dipasang di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dan formasi Kujung dengan titik temu di kedalaman 9.297 kaki.
Akibatnya, terdapat jalur patahan yang timbul akibat pengeboran Lapindo di sana. Sebab, kata Amien, patahan itu sebelumnya tak ada. Dengan demikian, Lapindo harus mengkaji dengan jeli apakah lokasi pengeboran selanjutnya berada di sekitar atau bahkan persis di jalur patahan. “Kalau masih di dekat patahan, itu kan aneh. Berarti mereka mau membangunkan lagi bencana lumpur.”
Selain lokasi titik pengeboran, Amien mengingatkan soal posisinya. Bakal sumur baru yang berjarak sekitar satu kilometer sebelah utara tanggul Desa Kalidawir, Tanggulangin, itu apakah bakal lurus atau miring. Lapindo harus belajar dari pengalaman sebelumnya, yang mengebor dalam posisi miring ke timur. “Intinya patahan itu menjadi persoalan pokok," Amien berujar.
TIKA PRIMANDARI