TEMPO.CO, Gungkidul - Petani di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, merasa khawatir dengan ancaman gagal panen pada tanaman padi mereka yang tak kunjung mendapat asupan air setelah hujan sama sekali tak turun lebih dari dua pekan ini.
Padahal tanaman padi di Gunungkidul itu rata-rata sudah menginjak usia 1,5 hingga 2 bulan. Itu artinya lebih-kurang pada akhir Februari atau awal Maret nanti sudah memasuki masa panen perdana.
“Kami sudah pasrah saja kalau nanti akhirnya harus rugi besar karena bakal banyak padi mati enggak dapat air,” ujar Sukap, petani yang juga tokoh Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Rabu, 6 Januari 2016.
Sukap menuturkan para petani di desanya kecele karena menduga hujan intens awal Desember 2015 lalu ternyata berhenti di tengah jalan. Mulai pertengahan Desember 2015 hingga pekan pertama Januari 2016, hujan berhenti dan tak kunjung turun lagi. Padahal, seluas 300 hektare sawah di desa itu adalah sawah tadah hujan.
“Semua petani sejak pertengahan Desember kemarin sudah menanam padi, kacang, dan jagung. Sekarang semua tanpa pengairan,” ujar Sukap, yang juga mantan kepala desa Girikarto itu.
Saat ini para petani hanya bisa berharap hujan segera turun sebelum masa bertahan padi tanpa asupan air itu habis. Rata-rata padi masih bisa hidup tanpa pengairan sekitar tiga pekan. “Kalau sepekan lagi masih belum turun hujan, ya sudah, bakal banyak padi mati, panen bakal sangat sedikit,” ujar Sukap.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gunungkidul Budiharjo mengakui sejumlah desa telah melaporkan terjadinya kembali ancaman kekeringan di wilayahnya terkait dengan hilangnya hujan dua pekan terakhir.
“Dropping air hanya bisa diberikan untuk kebutuhan rumah tangga, bukan untuk pertanian. Namun sekarang belum ada penyaluran bantuan lagi karena mendung masih tampak meskipun hujannya berhenti,” ujar Budi.
Dinas Sosial Tenaga Kerja Kabupaten Gunungkidul sendiri sejak pertengahan Desember kemarin secara resmi telah menghentikan bantuan dropping air bersih.
Kepala Bidang Perlindungan dan Pengendalian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul Endang Sri Wahyuningsih menuturkan sejak awal petani diminta tak terburu-buru menanam padi di masa peralihan kemarau ke hujan yang diperkirakan berlangsung sampai Januari 2016.
Sebab, indikator alat penakar hujan yang dipantau dan dilaporkan Balai Penyuluhan Pertanian di 18 kecamatan, intensitas hujan di Gunungkidul kurun November-Desember baru pada skala 0-5 milimeter.
PRIBADI WICAKSONO