TEMPO.CO, Surabaya – Wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur melalui Bandara Internasional Juanda pada November tahun lalu mengalami lonjakan, yakni 20.255 kunjungan atau naik sebesar 28,21 persen dibandingkan pada Oktober yang sebanyak 15.798 kunjungan.
Wisatawan terbanyak berasal dari Malaysia, yakni 6.478 kunjungan, naik 76,75 persen dari Oktober. Sebagian besar dari mereka datang justru bukan untuk menikmati keindahan alam, tapi berbelanja. “Sebab salah satu daya tarik Surabaya adalah wisata belanja,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah, Senin, 4 Januari 2016.
Sairi menyebutkan, wisatawan Malaysia cenderung tertarik pada wisata belanja di Surabaya dibandingkan ke tempat wisata alam. Sedangkan wisatawan Australia dan Amerika Serikat, kata dia, lebih suka mencari fenomena alam seperti Gunung Bromo. “Mereka justru ingin melihat dan mengabadikan gunung yang batuk-batuk (erupsi).”
Secara kumulatif, jumlah wisman Januari-November 2015 mencapai 183.794 kunjungan atau turun sebesar 7,23 persen dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 198.109 kunjungan. Wisatawan asal Singapura menduduki peringkat kedua setelah Malaysia, dengan jumlah kunjungan 1.544 kunjungan atau meningkat 27,66 persen.
Sementara itu, Jawa Timur mengalami inflasi tahunan sebesar 0,85 persen atau lebih kecil dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama mencapai 0,96 persen pada Desember 2015. Jawa Timur mengklaim bisa mengendalikan inflasi pada momen Lebaran, Natal dan Tahun Baru 2016 dengan operasi pasar bantuan ongkos angkut sehingga inflasi Jawa Timur lebih rendah daripada inflasi nasional.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi, satu kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan satu kelompok tidak mengalami perubahan. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,94 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,55 persen.
ARTIKA RACHMI FARMITA