TEMPO.CO, Jakarta - Kepala ekonom Bank Sentral Asia (BCA) David Sumual menyatakan banyak hambatan dalam perekonomian Indonesia pada 2016. Mayoritas hambatan, menurut dia, berasal dari faktor eksternal. “Pertama ada rencana kenaikan The Fed,” kata David ketika dihubungi Tempo, Ahad, 3 Januari 2016.
Selain rencana kenaikan The Fed, menurut David, pertumbuhan perekonomian Cina yang diprediksi masih melambat, harga komoditas rendah, dan merosotnya minyak mentah dunia, menjadi penghambat utama. Ditambah lagi bank sentral Eropa dan Cina melonggarkan kebijakan moneter. “Ini menyebabkan volatilitas. Ini berdampak ke Indonesia,” kata David.
Adanya pelambatan ekonomi Cina, David menjelaskan, akan mempengaruhi ekspor Indonesia, baik dalam harga maupun volume. Dia menyarankan Indonesia mencari sumber pendapatan. “Karena akan mempengaruhi pendapatan nasional,” kata David.
Adapun hambatan internal, kata David, berasal dari realisasi penyerapan anggaran yang masih rendah. Penyerapan anggaran baru optimal saat memasuki semester kedua. Dia juga mengingatkan pemerintah untuk mengimplementasikan paket kebijakan. “Jangan over promise tapi under value,” ujar David. “Mudah-mudahan bisa jalan.”
David juga memprediksi rupiah akan mengalami tekanan lantaran adanya penerapan kebijakan berbeda antara bank sentral Eropa dan Cina yang lebih melonggarkan kebijakan moneter. Adapun bank sentral Amerika Serikat menjalankan kebijakan moneter ketat. “Ini termasuk mempengaruhi rupiah, tapi tidak melemah dibanding 2015,” kata David.
SINGGIH SOARES