TEMPO.CO, Bojonegoro - Pada puncak arus balik libur Natal dan tahun baru 2016 terjadi lonjakan penumpang di Terminal Rajekwesi, Bojonegoro, sebanyak 45 persen atau sekitar 2.185 orang dari total 4.860 penumpang. Sebagian besar penumpang berangkat menuju Surabaya, Malang, Semarang, dan Jakarta, pada Minggu, 3 Januari 2016.
Data di Terminal Rajekwesi menyebutkan, kenaikan penumpang saat arus mudik mendekati tahun baru sekitar 42 persen atau 1.941 orang dari total 4.392 orang pada Kamis, 31 Desember 2015. "Lonjakan kedatangan tersebut tidak jauh berbeda dengan puncak arus balik," kata Kepala Terminal Rajekwesi Sentot Sugeng W.
Menurut Sentot, jumlah armada bus rute Bojonegoro-Surabaya sebanyak 61 unit, adapun Bojonegoro-Jakarta sebanyak 13 unit. Di luar itu rute Bojonegoro-Surabaya-Malang di bawah 10 unit. Sisanya, Bojonegoro-Purwodadi sebanyak 6 unit. "Rata-rata penuh," kata Sentot.
Tak hanya bus besar, bus mini yang melayani rute pendek Bojonegoro-Ngawi dan Bojonegoro-Tuban juga sarat penumpang. Begitu pula bus mini rute Bojonegoro-Cepu dan Bojonegoro-Lamongan. "Pada puncak arus balik ini seluruh armada ke berbagai tujuan terisi penuh," tutur Sentot.
Berdasarkan pantauan, arus kendaraan jalur Bojonegoro-Ngawi dan Bojonegoro-Cepu, Blora, mengalami peningkatan. Jalur Bojonegoro-Ngawi dan Bojonegoro-Cepu memang jadi alternatif pengguna jalan menghindari kepadatan lalu lintas di pantai utara maupun menuju arah selatan.
Sumarlin, pemudik asal Jakarta, mengatakan sengaja melewati rute alternatif Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu-Bojonegoro hingga Lamongan agar tidak terjebak kepadatan. “Kita tiap tahun lewat jalur tengah,” ujarnya.
Meski terjadi lonjakan arus balik tapi lalu lintas di jalur Babat-Bojonegoro-Cepu-Blora relatif stabil. Sebab kendaraan berat jenis truk masih belum diperbolehkan jalan oleh Kementerian Perhubungan.
SUJATMIKO