TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memastikan terbukanya pasar ASEAN dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 1 Januari 2016 tidak akan mempengaruhi industri kelapa sawit Indonesia. Pasalnya, menurut Joko, kelapa sawit Indonesia sudah berada dalam tataran global.
"Skala kelapa sawit sudah global, sudah tidak ada lagi kaitannya dengan ASEAN, sehingga tidak akan terpengaruh," kata Joko kepada Tempo, Sabtu, 2 Januari 2016.
Meskipun begitu, ucap Joko, produksi kelapa sawit diprediksi turun pada tahun ini lantaran terpaan badai El Nino. Namun, menurut Joko, penurunan jumlah produksi kelapa sawit tidak begitu signifikan. "Produksi berkurang sekitar 500 ribu ton," ujarnya.
Artinya, jika pada 2015 produksi kelapa sawit mencapai 33 juta ton, Gapki memprediksi tahun ini produksinya mencapai 32 -32,5 juta ton. Turunnya produksi kelapa sawit ini, tutur Joko, tentu akan mempengaruhi ekspor kelapa sawit Indonesia.
Selain itu, nilai ekspor akan berkurang lantaran Gapki memprediksi konsumsi kelapa sawit pada 2016 akan banyak diserap pasar domestik. "Pasar diesel domestik menyerap signifikan, tentunya ekspornya akan turun. Kalau dieselnya tidak berjalan, semua akan diekspor," kata Joko.
Turunnya produksi kelapa sawit, menurut Joko, tidak perlu dikhawatirkan selama harga kelapa sawit tidak terpuruk. "Yang paling penting, harga lebih baik daripada tahun sebelumnya," ucap Joko.
LARISSA HUDA