TEMPO.CO, Bandung - Bertahun-tahun membuatkan jam tangan kayu untuk perusahaan lain, Rizki Pebriani akhirnya memberanikan diri meluncurkan produk sendiri. Usaha barunya itu merupakan wasiat suaminya yang wafat pada April 2015 lalu.
“Bisa dibilang jam tangan kayu ini romantisme kami, proyek cinta,” kata Rizki di sela pameran Pekan Kerajinan Jawa Barat di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, yang berlangsung 23-27 Desember 2015.
Sebelum meninggal, suami Rizki mewariskan model jam tangan kayu yang telah mendapatkan hak atas kekayaan intelektual dari pemerintah. Rizki pun mendapat wasiat agar mewujudkan rancangan model jam tangan kayu itu. “Sebelumnya saya tidak pernah terlibat karena punya pekerjaan lain,” ujar Rizki.
Dibantu tujuh orang pekerjanya, Rizki memproduksi jam tangan berbahan kayu itu dan menjajakannya lewat media sosial Internet. Jam tangan yang terbuat dari bahan kayu, seperti jati, sonokeling, maple, serta eboni tersebut berharga sekitar Rp 600-900 ribu.
Jam tangan berbahan kayu ini sedikitnya telah terjual 250 buah. “Selain dari Indonesia, pembelinya ada yang dari Afrika Selatan,” ujar Rizki. Sebelumnya, bengkel kerja milik suami Rizki di Cimahi sering membuat jam tangan kayu pesanan pihak lain.
Berbeda dengan jam tangan biasa, berat jam tangan kayu ini lebih ringan. Bobotnya, menurut Rizki, sekitar 10-11 gram. Walaupun unik, pemakai harus menghindari jam tangan kayu dari air. Alasannya, kayu yang dipakai masih ‘hidup’ sehingga masih bisa berubah bentuknya.
ANWAR SISWADI