TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Riza Damanik menolak pencabutan subsidi bahan bakar minyak bagi nelayan kecil. Subsidi itu kabarnya akan dialihkan ke program bantuan kapal.
“Pengalihan BBM bersubsidi ke program bantuan kapal merupakan kesalahan fatal,” katanya melalui rilis yang diterima Tempo, Kamis, 17 Desember 2015.
Menurut Riza, bagi nelayan kecil, kebutuhan akan subsidi BBM sama pentingnya dengan akses terhadap kapal yang layak. Kapal dan subsidi BBM saling membutuhkan, bukan saling meniadakan. Kemampuan pemerintah memberi bantuan 3.000 kapal ikan tahun depan, bagi Riza, harus diikuti keberanian melindungi nelayan terhadap akses BBM bersubsidi.
“Jika masih ada penyimpangan penggunaan BBM bersubsidi untuk kapal di atas 30 gross ton, tugas pemerintah dan masyarakat bersama-sama memperkuat skema distribusi dan pengawasan untuk melawan para pencuri BBM bersubsidi,” tuturnya.
Riza tidak sependapat dengan sikap Bank Dunia yang mempermasalahkan subsidi BBM kepada nelayan di negara berkembang dan produsen ikan terbesar, seperti Indonesia. Alasan pemberian subsidi yang dikhawatirkan akan mengganggu harga ikan di pasar internasional, menurut Riza, tidak tepat. Sebab, sebagian besar produksi ikan di Indonesia berasal dari hasil tangkapan nelayan kecil dan untuk konsumsi domestik. “Nelayan skala kecil memasok sekurang-kurangnya 60 persen dari total produksi perikanan nasional,” ujarnya.
Pemberian subsidi BBM bagi nelayan kecil merupakan bagian dari tugas konstitusional negara. Riza menilai langkah pemberian subsidi akan melindungi hak atas pangan, pekerjaan, dan kesejahteraan nelayan. Selain itu, untuk pemanfaatan kekayaan sumber daya alam yang sebesar-besarnya bagi rakyat.
DANANG FIRMANTO