TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia pada November 2015 mencapai US$ 11,16 miliar atau turun 17,58 persen dibanding pada Oktober. "Penurunan ekspor disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas, berbeda dengan ekspor migas yang meningkat," kata Kepala BPS Suryamin di kantor BPS Jakarta, Selasa, 15 Desember 2015.
Suryamin menjelaskan, nilai ekspor nonmigas turun 10,81 persen dari US$ 10.742 juta menjadi US$ 9.581,5 juta. Sebaliknya, nilai ekspor migas meningkat karena peningkatan ekspor minyak mentah 41,85 persen, menjadi US$ 568,1 juta, dan naiknya ekspor gas 5,06 persen menjadi US$ 928,1 juta. "Volume ekspor migas untuk minyak mentah naik 42,84 persen dan gas naik 4,53 persen," katanya.
Meskipun nilai ekspor nonmigas turun, kata Suryamin, ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan, seperti alas kaki, sebesar US$ 433 juta. "Alas kaki ini unik, bisa jadi potensi ekspor Indonesia ke depan, termasuk stabil ekspor ke Amerika."
Tidak hanya sektor nonmigas yang turun, menurut Suryamin, ekspor produk pertambangan dan pertanian juga turun dibanding tahun lalu. Sektor pertambangan turun 14,98 persen dan pertanian turun 1,41 persen.
Dilihat dari kontribusi ekspor sepanjang Januari-November 2015, kontribusi ekspor nonmigas produk industri pengolahan adalah 70,89 persen, ekspor produk pertanian 3,75 persen, dan kontribusi ekspor migas 12,53 persen.
Suryamin menjelaskan bahwa penurunan nilai ekspor ini belum tentu menjadi titik terendah ekspor tahun ini. Penurunan ini juga dipengaruhi komoditas global yang belum tentu baik. "Masih banyak komoditas yang bisa digenjot ekspornya, tapi memang gambaran dunia ekonomi memang belum baik," katanya.
ARKHELAUS W