TEMPO.CO, Jakarta - Pakar bahasa dari Institut Teknologi Bandung, Mahsun, mengatakan bahasa Indonesia perlu diinternasionalkan agar bisa menjadi bahasa resmi ASEAN.
"Kenyataannya, saat ini bahasa Indonesia kalah bersaing dan terancam tergeser oleh bahasa Inggris dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," kata Mahsun di Jakarta, Selasa, 15 Desember 2015.
Padahal, dia melanjutkan, Indonesia memiliki jumlah penduduk paling banyak, sehingga menjadi penutur paling besar untuk bahasa yang sama (bahasa Indonesia) dibandingkan dengan bahasa lain di Asia Tenggara. "Sayangnya, hal tersebut kurang didukung oleh pemerintah. Padahal peran bahasa Indonesia memiliki konteks menyatukan masyarakat Indonesia yang berasal dari 659 suku bangsa."
Dia mengatakan, jika bahasa Indonesia tidak digunakan dalam MEA, Indonesia akan kehilangan identitasnya karena semakin banyak negara belajar bahasa negara itu. Dengan demikian, negara tersebut semakin diakui.
Mahsun menyebutkan MEA merupakan era persaingan. Hanya bangsa yang memiliki identitas kuat yang bisa memenangi persaingan. Dia pun mengajak generasi muda untuk tidak hanyut dalam bahasa Inggris yang saat ini lebih diagungkan di Indonesia.
"Lebih disayangkan, saat ini masyarakat Indonesia cenderung lebih mengajarkan anak-anak usia dini bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Kalau sudah melupakan bahasa ibu, sepuluh tahun lagi bahasa Indonesia akan punah. Seperti di Singapura, bahasa Melayu yang merupakan bahasa ibu malah hanya digunakan pada lagu," ujarnya.
ANTARA