TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memulai lelang 109 pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk pembangunan pada 2016. Lelang menjadi bagian dari total 169 paket proyek aneka energi baru terbarukan yang dibuka hingga akhir tahun ini.
"Yang saya ingat, ada 169 paket. Detailnya harus saya hitung dulu," ujar Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Maritje Hutapea, Senin, 14 Desember 2015.
Sebagian besar proyek PLTS berlokasi di kawasan timur Indonesia, seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Total ada 70 PLTS yang dibangun Kementerian di wilayah ini.
Sebanyak 109 PLTS direncanakan mempunyai kapasitas puncak hingga 18,4 megawatt. Rata-rata setiap pembangkit berkapasitas 15-100 kilowatt peak (KWP). Pembangkit terbesar berlokasi di Papua Barat dengan total kapasitas sebesar 3 megawatt (MW).
Pengembangan PLTS pada 2016 adalah kelanjutan proyek tahun ini. Pada 2015, sebanyak 141 PLTS dikerjakan dengan total kapasitas 5,5 MW. Proyek ini berhasil mengaliri listrik 21 ribu keluarga dan 1.000 fasilitas umum di 53 kabupaten.
Seperti diketahui, tahap pertama dari tiga tahap lelang sudah dimulai sejak 2 November lalu. Lelang ditargetkan selesai diumumkan pada 28 Desember mendatang.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana mengemukakan potensi PLTS domestik bisa dikembangkan hingga 5.000 megawatt pada 2025.
Rida berharap, pembangunan PLTS saat ini tidak hanya didominasi pemerintah. Saat ini, dari ratusan proyek PLTS, hanya ada enam lokasi pembangkit swasta berkapasitas 13 MW. Pembangkit tersebut sebentar lagi akan beroperasi.
Saat ini, lembaganya sedang menyiapkan payung hukum untuk pemanis investasi PLTS melalui penambahan (feed in tariff) dalam revisi Peraturan Menteri Energi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Kuota PLTS melalui Pelelangan.
"Soalnya, peraturan menteri yang lama dibatalkan MA," ucap Rida awal Desember lalu.
ROBBY IRFANY