TEMPO.CO, Jakarta - PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (Indopora) secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham IDPR. Untuk pelepasan saham perdana, perusahaan melepas sebanyak 303 juta lembar saham baru dengan harga penawaran Rp 1.280 per saham.
Jumlah saham yang dilepas ini merupakan 15,3 persen dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). “Penawaran umum telah dilakukan selama dua hari, yakni dari tanggal 2 sampai 3 Desember 2015,” kata Presiden Direktur Indonesia Pondasi Raya, Febyan, pada Kamis, 10 Desember 2015.
Dalam pencatatan perdana saham ini, PT Yuanta Securities Indonesia dan PT Minna Padi Investama berperan sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Indopora, berdiri sejak 1977, didirikan oleh Yang Suryahimsa. Kegiatan perusahaan ini mencakup bidang usaha konstruksi fondasi, dinding penahanan tanah, perbaikan tanah pengujian tiang, dan lain-lain. Selama 38 tahun berdiri, Indopora telah mengerjakan berbagai macam proyek, mulai dari pembangunan fondasi untuk high rise buildings hingga proyek infrastruktur, seperti bendungan, membangkitkan listrik, dan lain-lain.
Klien perusahaan meliputi perusahaan terkemuka, baik perusahaan lokal maupun multinasional yang bergerak di bidang properti, konstruksi, manufaktur, sumber daya alam, dan sebagainya. Perseroan memiliki satu entitas anak yang bergerak pada bidang pembuatan tiang pancang precast dan prestressed serta jasa pemancangan, yaitu PT Rekaguntek Persada.
Seusai pelepasan saham, rencananya perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini akan menggunakan dana yang mereka peroleh dari IPO dengan pembagian sebanyak 40,5 persen akan digunakan untuk pembelian aset tetap, yaitu mesin-mesin untuk pekerjaan fondasi, dinding penahanan tanah, perbaikan tanah penguji tiang, dan alat-alat pendukung kegiatan operasional perseroan.
Lalu, sekitar 10,8 persen akan digunakan untuk penambahan investasi pada entitas anak perusahaan, yakni PT. Rekaguntek Persada, sebanyak 23,8 persen akan dipakai untuk pembelian tanah yang saat ini telah digunakan oleh perseroan, dan sisanya 24,9 persen akan digunakan untuk modal kerja operasional proyek.
Pada tahun 2014, Indopora mencatat pendapatan sebesar Rp 1.267 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 188 miliar dan margin bersih sebesar 14,8 persen. Pada semester pertama 2015, yakni bulan Januari hingga Juni, perseroan mencatat pendapatan Rp 738 miliar atau mengalami kenaikan 34,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014 lalu, dengan laba bersih Rp 122 miliar dan margin laba bersih 16,6 persen, atau naik 48,1 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014.
DESTRIANITA K.