TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kerja Sama Fungsional ASEAN, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia J.S. George Lantu mengatakan tenaga kerja di Indonesia tidak perlu khawatir dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam seminar bertema "Meningkatkan Kesiapan Tenaga Kerja dan Dunia Usaha di Sumatera Barat Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015" yang diselenggarakan di Padang, Kamis, 3 Desember 2015.
"Ada delapan sektor yang dibuka. Pada saat negosiasi dilaksanakan, delegasi Indonesia mempertimbangkan apa keuntungan dan kekuatan Indonesia dalam delapan sektor tersebut," katanya.
Ia menyebutkan, empat dari kedelapan sektor tersebut Indonesia cukup memiliki kekuatan di antaranya engineering (teknisi), perawat, kepariwisataan dan arsitektur. "Di empat bidang itu, Indonesia memiliki peluang yang sangat bagus dimana tenaga kerja di bidang tersebut telah diakui kualitasnya hingga ke luar negeri," ujarnya.
Empat sektor lainnya yaitu akuntan, tenaga survei, praktisi medis dan dokter gigi. Untuk akuntan dan tenaga survei, Indonesia memang membutuhkan banyak tenaga di bidang tersebut.
Ia mengatakan, peluang lain masih terbuka lebar karena ada banyak perusahaan Indonesia yang telah beroperasi di kawasan ASEAN seperti PT. Dirgantara Indonesia, Aneka Tambang, Bank Exim, Pertamina dan lainnya.
Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja (Lattas) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumbar mengatakan, pemerintah berupaya meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja melalui penyelenggaraan pelatihan kerja di daerah melalui Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).
"Program pelatihan di LPK-LPK juga diakreditasi agar dapat menjamin kualitas lulusan serta sebagai indikator pengakuan tentang peringkat kwalitas LPK," ujarnya.
ANTARA