TEMPO.CO, Semarang - Pelemahan penjualan pasar emas di Kota Semarang diyakini akibat menjamurnya produk elektronik khususnya telepon genggam. Pedagang emas Kota Semarang mengakui pasar barang berharga itu anjlok sejak delapan bulan lalu.
“Anak muda sekarang tak ada yang berminat menggunakan emas sebagai perhiasan, mereka lebih memilih barang elektronik seperti handphone,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Emas Permata Indonesia Kota Semarang, Bambang Yuwono, Kamis 3 Desember 2015.
Lemahnya penjualan emas saat ini membuat harga jual emas di Kota Semarang Rp 475 ribu per gram, anjlok dari harga jual sekitar delapan bulan sebelumnya Rp 530 ribu per gram. “Transaksinya pun anjok 10 - 15 persen dari penjualan rata-rata,” Bambang menambahkan.
Menurut Bambang, melemahnya sektor penjualan emas saat ini juga dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang mulai meningkat, namun tak imbang dengan pendapatan masyarakat yang tetap. Selain emas, penjualan permata di Semarang juga stagnan.
Bambang menyebutkan pasar permata selama ini hanya kalangan menengah atas. Ia menyebutkan pasar permata sulit ramai karena nilai jual kembalinya lemah. Efeknya masyarakat lebih suka menginvestasikan uangnya ke tabungan. “Pasar permata ini lain dibanding emas yang harganya terjangkau,” katanya.
Pengamat bisnis dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Eko Suseno Matrutty menilai maraknya produk ponsel cangkih mampu merebut hati konsumen. “Anak muda lebih memilih prouk yang unggul sesuai kebutuhannya,” kata Eko.
Menurut Eko, selama ini pasar menilai emas dalam persepsi eksistensi dan investasi, sedangkan kebutuhan anak muda lebih pada eksistensi dan penampilan. “Nah anak muda sekarang lebih memilih ke pasar ponsel pintar meski harganya mahal,” Eko menjelaskan.
Ia menyarankan agar pelaku bisnis emas di Semarang lebih kreatif melihat kondisi pasar itu dengan menciptakan model tampilan emas sebagai perhiasan bervariasi seusai kecenderungan anak muda sekarang. “Ciptakan tampilan emas yang menunjukan jati diri anak muda,” katanya.
EDI FAISOL