TEMPO.CO, London - Majalah perbankan dunia bergengsi, The Banker, menobatkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai bank terbaik di Indonesia. Penghargaan itu diserahkan kepada Direktur Utama BRI Asmawi Syam di London, Selasa, 2 Desember 2015. Ini adalah penghargaan kedua yang diraih BRI selama dua tahun berturut-turut.
“Penghargaan ini merupakan pengakuan atas kerja keras dan inovasi kami,” ujar Asmawi seusai acara itu di sebuah hotel mewah di London.
Sampai triwulan III 2015, BRI telah menjadi mesin penghasil laba bersih tertinggi di kalangan BUMN. Bank yang berusia 120 tahun ini membukukan keuntungan bersih Rp 18,42 triliun di atas bank-bank lain di Indonesia. Angka itu lebih tinggi 1,4 persen dibanding perolehan laba BRI tahun lalu. Keuntungan itu juga di atas perolehan laba bersih PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang sampai kuartal III 2015 sebesar Rp 11,54 triliun.
Kinerja BRI itu berlawanan dengan tren penurunan laba di sektor perbankan pada 2015. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada September 2015, laba industri perbankan tercatat mengalami penurunan sekitar 10,2 persen pada kuartal III 2015 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Asmawi menambahkan, peningkatan kinerja BRI terjadi karena perusahaannya gencar mencari dana murah, melakukan inovasi, memperluas pasar, serta mencari dan menghemat biaya. Untuk penghematan biaya, dia mencontohkan, BRI berupaya membeli satelit sendiri senilai US$ 220 juta yang dicicil selama delapan tahun, dengan besar cicilan sekitar Rp 371,2 miliar. Nilai itu lebih murah ketimbang biaya sewa satelit yang tiap tahun mencapai Rp 500 miliar.
Satelit 54 transponder yang akan diluncurkan ArianeSpace pada pertengahan 2016 itu diharapkan menghubungkan 10.200 kantor unit kerja BRI di berbagai pelosok. Selama ini bank tersebut sudah memakai 40 transponder satelit. BRI juga memasang ATM bertenaga sel surya di daerah-daerah yang tak terjangkau listrik, seperti Papua.
“Selain membeli satelit, tahun ini BRI memperkuat inovasi teknologi dengan menghabiskan dana Rp 4,2 triliun setahun,” kata Direktur Manajemen Aset dan Kredit BRI Randi Anto.
Randi mengimbuhkan, “BRI berupaya memperkuat posisi sebagai market leader di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” katanya. Bank dengan 50 juta nasabah dan sekitar 70 persen nasabah ada di desa ini telah membukukan pendapatan bunga bersih (net interest income) mencapai Rp 41,57 triliun atau di atas pencapaian net interest income bank-bank lain di negeri ini. “Yang menghidupi kami adalah sektor UMKM,” ucap Asmawi.
Saat ini total pinjaman BRI sebesar Rp 540,98 triliun disalurkan ke usaha mikro 32,8 persen, usaha kecil 20 persen, dan usaha menengah 3,8 persen. “Segmen mikro dan usaha kecil relatif kebal terhadap gonjang-ganjing krisis,” ujar Asmawi. Tahun depan, BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15-17 persen.
BURHAN SHOLIHIN (London)